Kamis, 2 Oktober 2025

Pilkada Serentak 2020

Pengamat: Gibran Harus Ada Lawan Tanding Meski Tak Sebanding

Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wai Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa diharap memiliki lawan dalam Pilkada Solo 2020.

TRIBUN/HO/Tim Komunikasi dan Medsos Gibran
Pasangan Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Teguh Prakosa (kanan) saling berpegangan tangan dengan Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo (tengah), dalam acara pengumuman rekomendasi pasangan calon yang diusung PDI-P pada Pilkada Serentak 2020, oleh DPD PDI-P Jateng, Jumat (17/7/2020). Pasangan Gibran-Teguh direkomendasikan oleh DPP PDI-P untuk terjun dalam ajang Pilkada Solo. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa diharap memiliki lawan dalam Pilkada Solo 2020.

Hal tersebut dinilai berguna untuk mengurangi sentimen negatif yang menerpa ayah Gibran, Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consultant, Pangi Syarwi Chaniago menilai, majunya Gibran dalam kontestasi Pilkada 2020 dapat membuat citra Jokowi terancam.

Terlebih, jika nantinya Gibran-Teguh melawan kolom atau kotak kosong.

Pangi menyebut, melawan kolom kosong bak buah simalakama.

"Kalau menang, bagaimana sentimen atau prasangka yang dianggap presiden berkuasa, ada hal yang tidak normal," ungkap Pangi dalam program Overview Tribunnews.com, Kamis (23/7/2020).

"Kalau kalah, mau ditaruh di mana wibawa atau citra presiden, jadi ini menjadi buah simalakama, menang menjadi masalah, ketika kalah nanti juga ada masalah," lanjutnya.

Analis politik Pangi Syarwi Chaniago
Analis politik Pangi Syarwi Chaniago (Ist)

Baca: Gibran-Teguh Belum Tentu Lawan Kotak Kosong, KPU: Satu Bakal Calon Independen Sedang Perbaiki Syarat

Pangi menilai harus ada lawan Gibran-Teguh di Pilkada Solo 2020.

"Mestinya harus ada lawan tanding walaupun tidak akan sebanding, tidak kotak kosong," ungkapnya.

Menurut Pangi, jika Gibran melawan kotak kosong, sentimen atau citra presiden menjadi berat.

"Sehingga cara untuk menyelamatkan muka presiden adalah harus ada lawan," kata Pangi.

Pangi mengungkapkan, tidak adanya lawan Gibran-Teguh dari partai politik lain memanglah bukan kesengajaan.

"Sebenarnya presiden tidak juga mendesain kotak kosong atau PDIP di Solo tidak mendesain itu, tetapi secara alamiah mental orang down duluan untuk bertanding melawan Gibran," ujarnya.

Baca: Politikus PDIP Beberkan Empat Modal yang Dimiliki Gibran Rakabuming Dalam Pilkada Solo

Pangi menyebut, secara minimalist winning coallition tidak ada yang terpenuhi.

"PKS atau Gerindra yang selama ini memimpin gerbong oposisi untuk melakukan perlawanan juga tidak ada," ungkapnya.

Diketahui, PDIP memiliki 30 kursi dari total 45 kursi DPRD Solo atau senilai 67 persen.

Sementara PKS memiliki 5 kursi.

PAN, Golkar, dan Gerindra, masing-masing memiliki 3 calon.

Adapun PSI memiliki 1 kursi.

Untuk bisa mengusung calon, minimal koalisi harus memiliki 20 persen kursi di DPRD atau minimal 9 kursi.

Hingga saat ini, PKS kesulitan mencari 'gandengan' untuk membentuk koalisi melawan Gibran-Teguh.

Baca: Gibran-Teguh Belum Tentu Lawan Kotak Kosong, KPU: Satu Bakal Calon Independen Sedang Perbaiki Syarat

Jika tidak ada lawan dari parpol dan dari perseorangan atau independen, tidak menutup kemungkinan Gibran-Teguh akan melawan kotak kosong.

Akan tetapi hal tersebut tidak diinginkan oleh Pangi.

"Saya berharap Pilkada besok tidak melawan kotak kosong, saya berdoa itu jangan terjadi," ungkapnya.

Namun jikalau diciptakan calon boneka, Pangi menyebut hal tersebut juga bahaya.

"Seolah Istana mendesain calon boneka, ada tuduhan macam-macam," imbuhnya.

"Baiknya memang kita berdoa untuk menyelamatkan wajah presiden, saya sebagai analis berharap betul ada lawan tanding walaupun tidak sebanding," ungkap Pangi menambahkan.

Sementara itu Pangi menyebut fenomena Pilkada Solo 2020 sangatlah menarik untuk diikuti.

"Bagaimana pun ini sangat menarik, ini sejarah pertama anak presiden (aktif) bertarung dalam pilkada," ujar Pangi.

Jalur Independen

Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo menegaskan masih ada satu bakal paslon dari jalur perseorangan atau independen yang tengah memenuhi syarat dukungan.

"Saat ini memang ada satu bakal calon perseorangan yang sedang mempersiapkan perbaikan syarat dukungan," ungkap Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti dalam program Overview Tribunnews, Kamis (23/7/2020).

a
Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti dalam program Overview Tribunnews, Kamis (23/7/2020). 

Diketahui, bakal paslon tersebut adalah Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo).

Nurul mengungkapkan, awalnya ada tiga bakal pasangan calon dari jalur perseorangan.

Baca: Megawati Ingin PDIP Menang Besar di Pilkada, Calon Kepala Daerah Diminta Gerak Cepat

Selain pasangan Bajo, ada pasangan Hero dan Alam (singkatan).

"Kemudian yang menyampaikan syarat dukungan ada dua bakal calon, yaitu Alam dan Bajo," ungkapnya.

Kemudian dari dua bakal calon tersebut, Nurul menyebut hanya pasangan Bajo yang memenuhi jumlah dukungan pada saat penyampaian syarat dukungan.

Saat ini, pasangan Bajo disebut Nurul tengah memperbaiki syarat dukungan.

"Kami sudah melakukan rekap di tingkat kota, sehingga pasangan Bajo harus memperbaiki dua kali kekurangan," ujar Nurul.

Diketahui pasangan Bajo memiliki kekurangan 7.241 dukungan, sehingga harus memenuhi dua kali lipatnya, yakni 14.482 dukungan.

Baca: Rudy Mewajibkan Kader PDIP Memenangkan Gibran-Teguh, Minimal 64 Persen

Adapun batas waktu perbaikan syarat dukungan ini harus dilaporkan pada 25-27 Juli 2020.

"Artinya kalau ini benar nanti akan diserahkan pada tanggal 25-27 Juli 2020, artinya dia (Bajo) memenuhi syarat untuk kami lanjutkan verifikasi administrasi," ungkapnya.

Sementara itu Nurul menyebut, dukungan dari pasangan Bajo sudah merata di seluruh daerah di Kota Solo.

"Dukungan kepada Bajo sudah ada di seluruh kelurahan di Kota Surakarta," ungkap Nurul.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved