Minggu, 5 Oktober 2025

Eksklusif Tribunnews

Peserta Kartu Prakerja Juga Bisa Belajar Memijat, Video Hanya Alat untuk Mempermudah Pelatihan

Selama pandemi corona, pelatihan pijat bisa dilakukan secara online. Tapi begitu pandemi usai pelatihan pun akan kembali dilakukan secara offline.

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
Founder Latifa Academy, Verawati Amir mengatakan Latifa Academy sudah bergerak sejak 2013. Membuka pelatihan pijat untuk masyarakat. Sebab, menurut Vera, orang yang memiliki skill memijat, bisa lebih cepat mencari kerja. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder Latifa Academy, Verawati Amir menolak disebut hanya berjualan video melalui program Kartu Prakerja. Video pelatihan, kata dia, hanya alat untuk mempermudah pelatihan.

Vera mengatakan Latifa Academy sudah bergerak sejak 2013. Membuka pelatihan pijat untuk masyarakat.

Sebab, menurut Vera, orang yang memiliki skill memijat, bisa lebih cepat mencari kerja.

Vera menerangkan selama pandemi corona atau covid-19, maka pelatihan pijat bisa dilakukan secara online. Tapi begitu pandemi usai pelatihan pun akan kembali dilakukan secara offline.

Mereka, para peserta Kartu Prakerja, bisa mengikuti pelatihan pijat di Latifa Academy, melalui prakerja.go.id.

Menurut Vera, mereka yang mengikuti pelatihan pun akan disalurkan ke lapangan pekerjaan.

Berikut petikan wawancara bersama Verawati Amir:

Tribun: Program pelatihan apa yang ditawarkan Latifa Academy?

Kalau kita massage (pijat) academy. Sebenarnya kita impact business bergerak di bidang pelatihan. Karena selama ini kita melihat yang paling cepat bikin orang kerja itu lewat pijat.

Kita memilih pijat sebagai project atau program awal yang kita garap. Kita menawarkan pelatihan pijat ada beberapa jenis pijat.

Baca: Sinopsis The World of The Married Episode 12 Terbaru: Sun Woo Ingin Tae Oh Kembali?

Kita yang di-approve tiga, pijat tradisional dasar, pijat hamil, satu lagi salon kecantikan. Kita mau submit dua program lagi rencana pijat reflexi dan produksi minuman jahe. Tiga yang sudah di-approval, dua proses submit.

Tribun: Bagaimana peserta Kartu Prakerja bisa mengikuti pelatihan di Latifa Academy?

Kalau sudah daftar di prakerja.go.id, kan' ada saldo Rp 1 juta setelah saldo turun ada platform-platform pilihan. Di situ ada beberapa platform mitranya Kementerian Tenaga Kerja.

Dan ini saya jadi vendor maubelajarapa.com. Ini saya jadi vendor sebelum ada prakerja.

Dan maubelajarapa.com ini memang punya visi yang mengedukasi masyarakat. Tidak cuma jualan pelatihan. Di sini kita serius garap pelatihannya.

Tidak cuma sekadar ada prakerja, terus kita bikin pelatihan. Bahkan pelatihan kita disesuaikan budget-nya diturunkan.

Tadinya maubelajarapa.com itu levelnya menengah ke atas. Jadi kita turunin menengah ke bawah karena ada program prakerja.

Baca: Bos Heathrow Airport: Inggris Jadi Salah Satu Negara yang Gagal Dukung Sektor Penerbangan

Tribun: Sampai sekarang sudah ketahuan berapa peserta yang daftar di Latifa Academy?

Peserta di prakerja, kita offer sekarang 4 kelas, sekarang yang sudah full itu di yang first batch sudah penuh. So far ada 100an pendaftarnya.

Tribun: Berapa biaya per sesi?

Di Latifa Academy itu kita Rp 750 ribu per sesi. Untuk pelatihan, satu pelatihan satu sesi.

Tribun: Pelatihan dalam bentuk video?

Jadi gini, perlu saya jelaskan sebetulnya kita di maubelajarapa.com, pelatihannya offline. Ketika tiba-tiba saya diminta vendor prakerja, kalau saya memang diminta karena mereka menilai program saya applicable untuk saat ini.

Founder Latifa Academy, Verawati Amir _1
Founder Latifa Academy, Verawati Amir mengatakan Latifa Academy sudah bergerak sejak 2013. Membuka pelatihan pijat untuk masyarakat. Sebab, menurut Vera, orang yang memiliki skill memijat, bisa lebih cepat mencari kerja.

Jadi ketika diminta dalam waktu singkat kita switch ke online karena permintaan pemerintah. Jadi kelas-kelas offline tidak akan di-approve kalau kita tidak switch ke online.

Tapi untuk kelas online si founder-nya maubelajarapa.com ini Mas Jordan masih idealis. Jadi platform ini tidak di-approve kalau hanya bentuk video, wajib ada kelasnya. Jadi modelnya hybrid. Video itu hanya alat, kita tidak jualan video.

Karena kalau online, kalau kita tidak buat video bagaimana orang ingin paham. Tapi saya sendiri ada dua sesi webinar dan satu video untuk dipraktikkan. Ada ujiannya juga, ada tes, ada kuisnya.

Maka saya menolak kalau dibilang jual video. Karena kelas saya offline. Saya agak repot switch ke online. Harus ada effort lagi, harus rekaman, dan lain-lain.

Baca: Sempat Di-bully karena Penampilannya, Via Vallen Akui Stres hingga Sempat Ingin Bunuh Diri

Tribun: Bagaimana tanggapan Anda soal pihak-pihak yang menyebut di prakerja itu hanya jualan video?

Ya, beberapa orang kontra. Tapi kalau ngomong ke saya, karena saya tidak jualan video ya. Saya tidak jualan video. Saya bikin video karena pemerintah minta selama pandemi kelasnya online.

Tapi ketika pandemi usai, kita akan balik lagi ke offline dengan biaya yang sama.

Dan di saya karena kita impact business yang pemberdayaan kita dari hulu ke hilir. Lepas dari pelatihan kita akan salurkan mereka kerja. Karena kita sudah jalankan ini sudah dari tahun 2013 kita sudah mulai.

Latih lalu salurkan. Kalau mereka mau buka sendiri kita kasih pendampingan. Kita lebih dari 1000 orang client.

Selama ini kita subsidi silang. Namanya impact business tidak punya modal banyak jadi subsidi silang.

Kalau orang yang punya uang kita secara profesional bayar corporate rate. Kalau bikin spa, pijet, bayar pakai rate normal. Uangnya kita kembalikan untuk bikin pelatihan gratis. (tribun network/denis)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved