Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Donald Trump Sepelekan Corona, Ahli Epidemi: Indonesia Juga

Ahli Epidemi FKM UI Pandu Rioni sebut pemerintah Indonesia juga sepelekan virus corona seperti AS dan Italia, kini jadi bencana.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: bunga pradipta p
Erin Schaff/The New York Times
Presiden Amerika Serikat Donald Trump 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut sempat menyepelekan penyebaran virus corona sehingga kini virus tersebut sudah mewabah di negaranya.

Ahli Epidemi FKM Universitas Indonesia, Pandu Rioni, menyebut hal yang sama juga terjadi di Indonesia.

Bagi Pandu, pemerintah kurang agresif dalam menanggapi penyebaran virus corona.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkap Pandu dalam telewicara tayangan PRIME TALK unggahan YouTube metrotvnews, Kamis (12/3/2020).

Awalnya, pembawa acara Rory Asyari menyebut Indonesia perlu belajar dari kesalahan negara lain yang kurang waspada terhadap penyebaran virus corona.

Seperti halnya Italia dan Amerika Serikat dengan jumlah korban yang banyak.

Baca: Indonesia Tidak Lockdown saat Wabah Corona, Pengamat: Sudah Tepat

Baca: Alasan Indonesia Tak Lockdown karena Corona, Jubir: Isolasi Diri

"Di Italia lockdown, Denmark lockdown, kita ingin belajar dari kesalahan atau pengalaman buruk di Italia," ujar Rory.

"Tanggal 20-an Februari cuma ada 20 kasus, 2-3 minggu kemudian menjadi 9000, begitu juga di Amerika Serikat peningkatan tidak bisa dikatakan sedikit."

"Apa yang terjadi dengan Amerika Serikat dan Italia menurut Anda?" tanya Rory.

Pandu beranggapan dua negara itu sempat menyangkal di awal kemunculan virus corona di negara mereka.

"Keduanya (saat itu) masih menyangkal," kata Pandu.

"Ini yang menurut saya salah, keliru. Karena sudah diumumkan bahwa virus ini potensial menjadi pandemi," sambungnya.

Tak hanya dua negara itu, Indonesia pun disebut melakukan penyangkalan soal bahayanya virus corona.

"Donald Trump menyangkal, kita tahu itu semua. Tapi apakah pemerintah Indonesia juga menyangkal?" tanya Rory.

"Menurut saya iya. Dan tegas sekali menyangkal," jawab Pandu.

Pandu menyebutkan alasan-alasan di luar medis yang sempat dilontarkan oleh beberapa pihak di Indonesia.

Penyangkalan-penyangkalan terhadap dampak virus corona itu memperparah penyebaran lantaran kurangnya tingkat kewaspadaan sejak dini.

"Karena menyangkal misalnya kita punya ras yang DNA-nya berbeda, faktor makanan kita lebih bisa menyangkal corona, sampai sekarang kita rajin berdoa dan lain sebagainya, sehingga mengandalkan kekuatan di luar ilmu pengetahuan," jelas Pandu.

"Dan begitu kita lepas dari ilmu pengetahuan, tidak mengindalkan basis strategi untuk mengatasi berdasarkan keilmuwan, ya yang terjadi adalah bencana," pungkasnya.

Berikut video lengkapnya:

Indonesia Tolak Lockdown

Juru Bicara Pemerintah terkait Virus Corona, Achmad Yurianto, menyebut tindakan lockdown malah membuat tindakan penanganan virus corona tidak maksimal.

"Kita tidak akan membuat opsi lockdown. Karena kalau di-lockdown kita malah tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujar Yurianto, dalam kanal YouTube KOMPASTV, Kamis.

Namun keputusan tidak akan lockdown itu nantinya akan melibatkan jajaran menteri demi keputusan final.

"Tetapi tentunya ini akan menjadi keputusan bersama yang akan segera dikoordinasikan di tingkat kementerian," kata Yurianto.

Kini pemerintah tak hanya mempersiapkan penanganan pasien virus corona di rumah sakit negeri namun juga swasta.

"Rumah sakit pasti akan kita kejar semua. Sekarang tidak hanya rumah sakit pemerintah, tidak hanya rumah sakit TNI/Polri, BUMN," ungkap Yurianto.

"Tetapi rumah sakit swasta pun banyak kapasitasnya yang bisa digunakan dan ikut berperan," sambungnya.

Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengumumkan adanya penambahan kasus baru dari kasus positif Virus Corona di Indonesia, Rabu, 11 Maret 2020 sore.
Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengumumkan adanya penambahan kasus baru dari kasus positif Virus Corona di Indonesia, Rabu, 11 Maret 2020 sore. (Tangkap Layar akun YouTube KompasTV)

Baca: Tak Tutup Tempat Ramai saat Corona Mewabah, Jubir: Rakyat Pandai

Baca: Deretan Film yang Ditunda Penayangannya karena Corona

Bagi Yurianto, orang yang positif virus corona tidak semuanya dalam kondisi lemah tak berdaya, namun masih bisa beraktivitas layaknya orang sehat.

Sehingga, menurutnya yang paling penting dilakukan adalah isolasi diri.

"Karena kalau kita lihat, pada pergerakan penyakit ini tidak seluruhnya jatuh pada kondisi severe, berat, membutuhkan peralatan," ungkap Yurianto.

"Justru sebagian besar kita lihat dari kasus yang ada, sebagian besar dari mereka dalam posisi kondisi sakit yang ringan/sedang," sambungnya.

"Oleh karena itu yang paling penting adalah melaksanakan isolasi."

Yurianto menyebut penerapan isolasi diri di India bisa dijadikan contoh.

Di mana warga yang sudah terinfeksi diberi pembinaan dan pengawasan sehingga bisa melakukan isolasi diri di rumah.

"Di beberapa negara yang sudah melaksanakan ini dan terlihat bagus, misalnya di India, untuk kasus positif tanpa gejala, maka mereka melaksanakan self-isolated, jadi tidak di rumah sakit," terang Yurianto.

"Mereka diminta untuk melakukan isolasi dirinya sendiri di rumah tentunya dengan edukasi, dan ini di bawah supervisi pengawasan dari Puskesmas," tuturnya.

Yurianto yakin masyarakat Indonesia mampu untuk melakukan pengendalian penyebaran virus corona ini.

"Artinya mereka kita pastikan mampu mengendalikan sebaran yang mungkin muncul dari keberadaan dia di situ," ujarnya.

Berikut video lengkapnya:

 Pengamat: Sudah Tepat Indonesia Tidak Lockdown

Pengamat Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa, AH Maftuchan, menyebut tindakan pemerintah sejauh ini sudah tepat.

Maftuchan menyorot kebijakan pemerintah untuk menyetop akses kunjungan dari dan ke China, Italia, hingga Korea Selatan.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Maftuchan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam, unggahan YouTube KOMPASTV, Jumat (13/3/2020).

"Apakah kemudian perlu dilakukan lockdown, penutupan Indonesia, tidak boleh keluar, tidak boleh masuk, hanya di Indonesia saja?" tanya pembawa acara Aiman Witjaksono.

Bagi Maftuchan, tindakan pemerintah sudah tepat untuk menutup akses dari dan ke beberapa negara, dan bukan dengan lockdown.

"Saya rasa apa yang sudah dilakukan pemerintah dengan menutup mobilitas dari beberapa negara, China, Iran, Italia, Korea Selatan, menurut saya sudah tepat," ujar Maftuchan.

Daripada lockdown, Maftuchan menyarankan pemerintah untuk terus memantau negara mana saja yang berpotensi memiliki jumlah pasien virus corona yang melonjak.

"Dan pemerintah perlu terus memonitor beberapa negara yang lain yang berpotensi ada peningkatan yang sangat tajam untuk kemudian nanti juga ditutup," kata Maftuchan.

"Amerika sudah mengumumkan menutup dari dan ke seluruh Uni Eropa," sambungnya.

Selain itu, Maftuchan menyebut pemerintah juga harus memperhatikan dampak virus corona lainnya seperti perekonomian.

"Dan menurut saya yang perlu diantisipasi adalah kondisi non-kesehatan, terkait dengan dampak-dampak turunannya," pungkasnya.

Berikut video lengkapnya:

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved