Virus Corona
Waspada! Penyakit Demam Berdarah Mengintai di Tengah Wabah Corona, Kemenkes: 104 Meninggal Dunia
Di tengah kewaspadaan terhadap covid-19 atau virus corona, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dipandang perlu menjadi perhatian masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kewaspadaan terhadap covid-19 atau virus corona, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dipandang perlu menjadi perhatian masyarakat.
Hal ini karena DBD menjadi penyakit yang mengalami penularan secara cepat di awal tahun 2020 ini.
Dilansir Kompas.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, DBD berpotensi menjadi wabah.
"DBD itu penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kecepatan penularannya. Jadi mengapa tiba-tiba (jumlah) kasus tiba-tiba melonjak jadi tinggi sebab ini karena proses penularan tetap terjadi," ujar Siti di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).

Baca: Yogyakarta Siapkan 4 Rumah Sakit Rujukan Pasien Corona, Ini Rincian dan Nomor Kontaknya
Kondisi iklim tropis di Indonesia dan keberadaan nyamuk aedes aegypti disebut menjadi pemicu penularan DBD.
"Individu butuh waktu 5-7 hari setelah tergigit nyamuk aedes aegypti, lalu baru muncul gejala klinis DBD, tetapi bisa jadi orang tidak merasakan gejala klinis, padahal dia sudah positif tertular DBS," ungkapnya.
Siti juga mengungkapkan jika sebuah daerah banyak nyamukmya, maka risiko penularan lebih cepat terjadi.
Langkah Pemerintah
Sementara itu Siti mengungkapkan sejumlah langkah diambil pemerintah untuk penanganan penularan DBD.
Pmerintah daerah dan dinas kesehatan setempat dilibatkan dalam penanganan ini.
"Kalau secara nasional kami sudah ingatkan daerah sebelum masuki masa DBD, lalu kita juga memastikan dinas kesehatan memiliki logistiknya mencukupi mulai dari ketersediaan larvasida, insektisida, persiapan RS, termasuk cairan infus dan juga jarum infus," tutur Siti.
Siti juga mengungkapkan saat terjadi peningkatan kasus besar, Kemenkes akan turun untuk bentuk posko kesehatan dan mencari cara mengatasi agar kasus tak bertambah besar.

Baca: Pola Makan Sehat? Jangan Lupakan Serat, Ya!
Dilansir Kompas.com, data Kemenkes dari Januari hingga 11 Maret 2020, Siti mengungkapkan adanya 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia.
Dari data tersebut, Kemenkes mencatat 104 kasus kematian akibat penularan DBD.
Mayoritas kematian akibat penularan DBD disebut Siti terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Saat ini kasus penularan kita di angka 17.820. Angka kematian (akibat DBD) tercatat 104 kejadian. Untuk angka kematian di NTT tertinggi, yakni dengan 32 orang meninggal," ujarnya.
Siti juga mengungkapkan, ada empat provinsi lain dengan kasus kematian akibat DBD yang juga tinggi.
- Jawa Barat (15 kematian)
- Jawa Timur (13 kematian)
- Lampung (11 kematian)
- Jawa Tengah (4 kematian)
Siti mengungkapkan, kasus kematian akibat DBD di awal tahun 2020 lebih rendah ketimbang awal 2019.
Pada periode Januari-Maret 2019, jumlah kasus pasien meninggal akibat DBD mencapai 439 kejadian.
"Sementara itu di periode yang sama kalau tahun ini 104 pasien meninggal akibat DBD," ucap Siti.
Langkah Pencegahan
Sebagai pencegahannya, Siti mengimbau masyarakat untuk membersihkan tempat-tempat penampungan air.
Hal itu dikarenakan nyamuk senang berada d itempat lembab.
Bukan hanya sekadar membersihkan bak di kamar mandi, tapi juga barang-barang disekitaran lingkungan yang bisa menjadi sarang dan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti.
Baca: WHO Tetapkan Virus Corona Jadi Pandemi Global, Ada di 119 Negara, Tingkat Pemulihan Hampir 55 Persen
Seperti dilansir pada pemberitaan Tribunnews sebelumnya, Siti mencontohkan ban bekas yang biasa dipakai sebagai pot tanaman bagian dalamnya ada lekukan yang bisa menampung air.
"Ban banyak jentik nyamuknya di lekukannya itu ada bagian yang bisa jadi tampungan air, sebaiknya penggunaannya dihindari," kata Siti Nadia di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).
Botol-botol bekas yang biasa ada di pekarangan rumah baik yang terbuat dari bahan plastik maupun kaca juga harus disingkarkan untuk menghindari genangan air.
Kemudian bagi yang memiliki tanaman dengan metode hidroponik yang memanfaatkan air bagian bawah tanaman juga harus rajin dibersihkan agar tidak menjadi sarang nyamuk.
"Hidroponik itu bawahnya bisa banyak jentik nyamuk," ucap Siti.
Tidak lupa juga Siti Nadia mengingatkan tentang pola 3 M plus yakni menutup, menguras, dan mendaur ulang serta upaya tambahan seperti memelihara hewan pemakan jentik nyamuk maupun tanaman anti nyamuk.
"Ikan cupang itu bisa makan jentik nyamuk dan kalau tanaman ada lavender yang bisa usir nyamuk," kata Siti.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P/Apfia Tioconny Billy) (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)