Polemik Andre Rosiade Jebak PSK
Andre Rosiade Bantah Aksi Grebek PSK Berbau Politis: Saya Peraih Suara Terbanyak di Dapil Sumbar 1
Andre Rosiade membantah aksi penggrebekan terhadap PSK di Padang, Sumatera Barat pada akhir Januari bertujuan untuk menaikan popularitas politiknya.
TRIBUNNEWS.COM - Aksi penggrebekan PSK di Padang, Sumatera Barat yang melibatkan Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade memunculkan berbagai spekulasi politik.
Sejumlah pihak menganggap aksi tersebut untuk kepentingan pencitraan jelang Pilkada 2020.
Merespons tudingan tersebut, Andre dengan tegas membantah.
Ia mengaku tidak mencari popularitas politik seperti yang dimaksud.
Mengingat Andre Rosiade merupakan pemilik suara terbanyak di Dapil Sumatera Barat (Sumbar) 1.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam program Prime Talk yang dilansir dari YouTube metrotvnews, Kamis (12/2/2020).
"Popularitas apalagi yang mau saya cari di Sumatera barat,' ujarnya.
"Saya ini peraih suara terbanyak di Dapil Sumbar 1," tegasnya.

Lebih lanjut, Andre juga menegaskan dirinya tidak maju sebagai calon gubernur Sumatera Barat.
"Lalu saya juga bukan calon Gubernur Sumbar dan seluruh orang di Sumbar tahu itu," tegasnya.
Andre kemudian menjelaskan terkait kronologi penggrebekan PSK di Padang pada beberapa waktu lalu.
Andre menyebut motifnya hanya satu yakni sebagai anggota DPR RI yang dipilih oleh rakyat, tentu akan menerima asipirasi mereka yang mengaku gelisah dengan prostitusi online yang merajalela di Padang.
Mendengar laporan dari masyarakat Padang Andre kemudian menyampaikan dan memfalisitasi hal ini kepada pihak kepolisian.
Baca: Pakar Hukum: Pihak Hotel Bisa Pidanakan Andre Rosiade Terkait Video Aksi Penggerebekan Prostitusi
"Dan yang melakukan penangkapan itu, pihak kepolisian Polda Sumbar, bukan Andre Rosiade," imbuhnya.
"Yang memesan wanita itu pihak masyarakat yang bekerja sama dengan kepolisian bukan Andre Rosiade," kata Andre.
"Saat memesan perempuan itu, mohon maaf ya, ternyata pihaknya meminta bukti kamar dimana menginap. Waktu itu masyarakat itu menanyakan siapa yang punya kamar," ujarnya.
"Kebetulan Bimo yang merupakan staf Andre, bilang pakai kamar saya saja tidak kepakai, silahkan," ujarnya.

Lebih lanjut Andre mengaku polemik yang terjadi pada dirinya saat ini merupakan penggiringan opini yang menarik.
Pasalnya penggerebekan tersebut terjadi pada 26 Januari 2020.
Namun, ia baru diserang oleh publik pada 4 Februari 2020, sekitar 9 hari setelah peristiwa tersebut.
Andre kemudiam mengklaim, bahwa penyerangan tersebut muncul setelah ia mengritik Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama aliasn Ahok pada 3 Februari 2020.
Dimana Andre mengatakan bahwa Ahok menjadi komisaris rasa direksi di Pertamina.
Baca: Merasa Dipojokkan, Ini Penjelasan Andre Rosiade Terkait Penggerebekan PSK
Andre berujar, bahwa buzzer-buzzer yang menyerangnya adalah orang-orang pendukung Ahok.
"Influencer-influencer besar Pendukung Ahok, itu yang melakukan penyerangan terhadap saya," tegas Andre.
"Bukan orang Sumatera barat yang menyerang saya," ujarnya.
"Masyarakat di Kota Padang atau Sumatera Barat mendukung hal itu," jelasnya.
Peneliti Formappi Beranggapan Aksi Grebek PSK Ini Berbau Politis
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus turut menyoroti terkait penggrebekan PSK yang dilakukan oleh anggota Komisi VI dari Fraksi Gerindra, Andre Rosiade.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Andre ini sangat berbau politis.
Mengingat sebagai politisi yang juga seorang anggota DPR, Andre dinilai tidak memiliki peran dalam tindakan itu.
Sehingga penggrebekan terhadap seorang PSK di sebuah hotel di Padang ini bukan karena sekedar aduan dan konstituen semata.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam program PRIMETIME NEWS yang Tribunnews lansir YouTube metrotvnews, Selasa (11/2/2020).
"Secara bersamaan saya kira ada kepentingan politik pribadi yang mungkin mendorong Andre misalnya melakukan ini di Padang," ujarnya.
Baca: Bantah Salahgunakan Wewenang, Andre Rosiade Jelaskan Kronologi Penggerebekan PSK kepada MK Gerindra
"Dengan membawa penegak hukum, ada juga wartawan," imbuhnya.
Lucius juga menduga Andre mendesain hal ini untuk dapat dipandang masyarakat sebagai seorang pahlawan.
"Harapan Andre bisa keluar sebagai pahlawan untuk membela moral masyarakat Padang disana," kata Lucius.
"Jadi ada efek politis yang kemudian bisa dimanfaatkan dari proses penggrebegan malam itu, Apakah cara ini efektif khususnya saat menjelang Pilkada 2020?" tanya pembawa acara.
"Saya kira politisi bisa melakuka apa saja untuk mendapatkan simpati dari pemilih ataupun parpol," timpal Lucius.
Ia juga menduga aksi ini didesain untuk dapat menaikan citra Andre sebagai seorang politisi.
"Tidak gampang pahlawan membela moral sosial di masyarakat itu kan luar biasa," kata Lucius
"Tapi mungkin tidak dibayangkan kalau kasusnya jadi seperti ini," imbuhnya. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)