Ini Alasan Penghina Wali Kota Surabaya Ajukan Penangguhan Penahanan Setelah Dimaafkan Risma
Zikria Dzatil tersangka kasus penghinaan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengajukan penangguhan penahanan dengan sejumlah alasan.
TRIBUNNEWS.COM - Permintaan maaf Zikria Dzatil, tersangka kasus penghinaan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma telah dikabulkan.
Kini pihak Zikria pun mengajukan permohonan penangguhan penahanan kepada kepolisian.
Pihak kepolisian menyebut tersangka Zikria mengajukan penangguhan penahanan dengan sejumlah alasan antara lain statusnya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak di rumah.
Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah kanal YouTube KompasTV, Jumat (7/2/2020).
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran menyatakan penangguhan penahanan tersangka memang sudah diajukan namun masih dalam proses.
"Karena penangguhan tentunya juga kita laksanakan kajian apakah sudah terpenuhi syarat-syarat obyektif maupun subyektif," ujar AKBP Sudamiran.
Namun, ia juga belum memutuskan permintaan Zikria itu karena penahanan tersangka akan mempercepat proses penyidikan
"Nanti akan dipertimbangkan penyidik, karena esensi dari penahanan itu untuk mempermudah proses penyidikan yang saat ini masih berlangsung," sambungnya.
Sudamiran menyebut masih mempertimbangkan permintaan Zikria sebagai tersangka yang ditahan di rutan Polrestabes Surabaya.
Tri Rismaharini Maafkan Netizen yang Menghinanya
Sebelumnya, Risma telah memaafkan pemilik akun Facebook Zikria Dzatil yang menghina dirinya melalui media sosial.
Setelah dilakukan penangkapan, Zikria mengakui perbuatannya dan meyampaikan permohonan maaf kepada Risma.
Risma memaafkan netizen yang menghina dirinya dengan alasan kemanusiaan.
Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah kanal YouTube KompasTV, Rabu (5/2/2020).
Selain itu, alasan lainnya lantaran Zikria sudah terlebih dahulu meminta maaf kepada dirinya.
"Saya maafkan yang bersangkutan, saya sebagai manusia, beliau juga manusia."
"Kalau dia sudah minta maaf, maka saya wajib memberikan maaf," terang Risma di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Rabu (5/2/2020).
Meski Risma sudah memaafkan Zikria, ia tetap menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak Polrestabes Surabaya.
"Untuk masalah hukumnya, saya serahkan kepada kapolres, tapi saya sudah memaafkan, iya."
"Karena Allah pun memberikan maaf untuk umatnya yang salah," katanya.
Zikria Dzatil telah ditetapkan sebagai tersangka.
Setelah kejadian, ia ditangkap polisi di kediamannya di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/1/2020) malam.
Alasan Risma Laporkan Zikria Dzatil yang Hina Dirinya
Melansir Kompas.com, Risma juga mengungkapkan alasan melaporkan Zikria Dzatil kepada kepolisian atas kemauannya sendiri.
"Sebetulnya, kemarin alasan saya kenapa saya melaporkan, pertama yaitu pribadi saya."
"Karena kalau saya kodok, berarti ibu saya kodok," ungkap Risma saat ditemui di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Rabu (5/2/2020).
Menurut Risma, penghinaan yang dilakukan Zikria kepada dirinya juga dianggap telah menghina kedua orangtuanya.
"Saya enggak pengin orang tua saya direndahkan," kata Risma.

Sementara itu, Risma juga mendapat banyak desakan dari masyarakat yang meminta dirinya untuk melaporkan pemilik akun itu.
Risma menegaskan laporan tersebut dibuat atas nama pribadi dengan ditanda tangani dirinya sendiri.
Tak hanya itu, selain Risma ada beberapa warga Surabaya yang turut melaporkan pemilik akun Facebook bernama Zikria Dzatil itu.
"Saya pribadi yang melaporkan, saya laporkan pribadi, bukan atas nama siapa pun."
"Saya yang tanda tangan sendiri," papar Risma.
Risma yang merupakan pejabat publik mengaku tidak mempunyai akun media sosial apa pun.
Ia menyatakan saat dirinya mendapat kritik atau ujaran kebencian dari netizen tidak pernah meminta siapa pun untuk membelanya di media sosial.
Risma yang menjabat sebagai wali kota, waktunya hanya dihabiskan untuk memikirkan Surabaya.
"Jadi teman-teman boleh lihat, saya tidak sempat melakukan itu. Tidak ada sedikit pun memerintahkan atau apa pun yang misalkan bela-bela saya atau membaik-baikkan saya, tidak pernah," ujar Risma.
"Makanya saya juga kaget, salah apa saya disebut kodok," sambungnya.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani) (Kompas.com/Kontributor Surabaya, Ghinan Salman)