Virus Corona
Cerita Orangtua Mahasiswa RI di Wuhan Dengar Info Virus Corona: Panik, Tidak Bisa Makan dan Tidur
Neneng Nurhidayah, orang tua mahasiswa RI di Wuhan menceritakan perasaannya ketika mendapat kabar anaknya terisolali di Wuhan akibat virus Corona.
TRIBUNNEWS.COM - Neneng Nurhidayah, orang tua mahasiswa RI di Wuhan menceritakan perasaannya ketika mendapat kabar anaknya terisolali di Wuhan akibat virus Corona.
Sebanyak 238 warga negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi dari China menyusul merebaknya wabah virus Corona di Wuhan, Tiongkok.
Setelah mendarat di Indonesia melalui Batam, ratusan WNI tersebut harus menjalani masa karantina di daerah Natuna mulai Minggu (2/2/2020).
Neneng Nurhidayah, seorang ibu dari mahasiswa RI di Wuhan kini merasa lega karena anaknya telah dievakuasi kembali ke Indonesia.
Ia mengungkapkan perasaannya ketika mendapati info tentang lingkungan tempat tinggal anaknya di Wuhan terjangkit virus Corona.
Hal itu diungkapkan Neneng ketika berbicara di ILC tvOne Selasa (4/2/2020) malam.
Neneng mendapat kabar dari anaknya mengenai virus Corona sudah menyebar dan Kota Wuhan sudah ditutup memasuki hari keenam.
Sejak saat itu, Neneng merasa panik hingga membuatnya tak bisa makan dan tak bisa tidur.
"Saya mendengar semakin genting itu, sudah di-lockdown juga, sudah tidak bisa masuk dan tidak bisa keluar, disitu saya panik, saya tidak bisa makan dan tidak bisa tidur," ungkap Neneng.
Rasa khawatirnya terhadap anaknya di Wuhan tersebut membuat anak-anaknya yang tinggal di Indonesia juga mengkhawatirkan kondisinya saat itu.
"Saya panik luar biasa, sebagai ibu rasanya saya ingin menjemput, saya ingin sewa itu semua, saya ambil anak saya, tapi sudah tidak bisa masuk dan tidak bisa keluar," terangnya.
Neneng mendapat kabar, beberapa hari setelah kota Wuhan di tutup tersebut para pelajar Indonesia memang masih sehat, namun demikian dari ke hari mereka selalu diwarnai kekhawatiran.
"Semakin hari semakin ada rasa takut, mahasiswa sehat tapi mereka tidak mau saling bertemu, sudah saling mengkhawatirkan," kata Neneng mengenang.
Sejak saat itu, ia berusaha untuk menghubungi pemerintah Indonesia menggunakan berbagai cara untuk memohon dilakukan evakuasi.
Upaya tersebut berhasil dilakukan Neneng ketika dirinya diwawancarai di televisi dan berbicara dengan pemerintah.
"Saya memohon kepada pemerintah waktu itu diwakili oleh PLT jubir Menlu, saya senang saya bahagia, pada esok harinya saya sudah mendapat kabar yang menggembirakan," terangnya.
Ia pun berterimakasih kepada segenap pihak yang telah dapat mengevakuasi pelajar-pelajar Indonesia yang ada di Wuhan.
"Saya berterimakasih kepada pemerintah ,kepada Presiden, kepada Kemenlu, Kemenkes, TNI, Polri, KBRI dan tim evakuasi, apapun keadaannya ingin kembali ke Indonesia, mereka memang sehat, mereka menenangkan kami," ungkapnya.
Sementara itu, Sarif yang juga merupakan orang tua dari seorang mahasiswi RI di Wuhan, juga mengungkapkan kekhawatirannya saat kabar virus Corona mulai menyebar.
"Setelah kami dapat berita ada virus yang sangat berbahaya itu kami disekeluarga di Makassar itu sangat khawatir sekali, tapi mereka tetap tegar juga," ungkap Sarif.
Sarif mengaku mendapat kabar, selama Wuhan ditutup, anaknya dalam keadaan sehat.
Namun demikian, ia selalu dikirimi foto yang menggambarkan sunyinya tempat-tempat di kota Wuhan itu.
"Mereka merasa masih sehat, tapi kami yang khawatir, karena semua yang dia foto ketika virus merajalela mereka membagikan foto kota-kota yang hening," ujarnya.
Ketika mendapat kabar tentang evakuasi WNI di Wuhan, ia sangat bersyukur.
"Sampai sekarang alhamdulillah mereka sehat-sehat, mereka selalu bilang agar berjemur di terik matahari berolahraga biar sehat selalu," kata Sarif.
Evakuasi WNI
Sebelumnya pemerintah Indonesia telah mengevakuasi sebanyak 238 orang dari China setelah wabah virus Corona yang berasal dari Kota Wuhan.
Awalnya, diagendakan jumlah WNI yang dievakuasi adalah 245, namun 7 diantaranya bertahan di China.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun mengungkapkan perihal tujuh WNI yang tidak jadi dievakuasi kembali ke Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan melalui telewicara yang videonya diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Minggu (2/2/2020).
Djauhari menjelaskan, tiga WNI memang tidak memenuhi standar kesehatan.
Standar kesehatan telah ditetapkan oleh pihak Pemerintah China serta WHO.

Diceritakan, tiga WNI tersebut telah berada di bandara dan bersiap untuk pulang ke Indonesia.
Namun, setelah dilakukan pengecekan ternyata tiga WNI itu tidak memenuhi standar.
Sehingga, tiga WNI yang merupakan mahasiswa tidak ikut dalam proses evakuasi kali ini.
Djauhari mengatakan, kemudian tiga WNI tersebut dirawat terlebih dahulu di klinik bandara.
Setelah kesehatan membaik, baru akan kembali lagi ke kampus masing-masing.
"Mereka itu tidak bisa naik ke pesawat karena tidak memenuhi standar kesehatan yang bertiga itu," terang Djauhari.
"Jadi mereka sudah ada di bandara siap untuk diangkut tetapi karena mereka tidak memenuhi jadi mereka dirawat di klinik bandara," terangnya.
Diketahui, tujuh WNI yang bertahan di China tersebut juga merupakan pelajar asal Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
(Tribunnews.com/Tio/Febia)