Virus Corona
Kemenkes RI: Di Indonesia Tidak Ada Orang Positif Terjangkit Virus Corona
Kementerian Kesehatan RI memastikan sampai saat ini tak ada orang yang positif terjangkit virus corona di Indonesia.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan RI memastikan sampai saat ini tak ada orang yang positif terjangkit virus corona di Indonesia.
"Tadi malam ada yang konfirmasi ke saya, mengatakan kenapa Indonesia negatif, saya ngomong inilah faktanya (enggak ada yang terpapar virus corona)" kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono saat mengisi diskusi Forum Medan Barat, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2020).
Ia mengatakan, sebelumnya ada 16 orang terdiri dari 9 warga negara asing dan tujuh warga negara Indonesia masuk dalam kategori pemantauan atau "people under observation".
Baca: Masker Bantuan BNPB Untuk WNI Belum Sampai ke Wuhan Cina
Di mana 16 orang itu memiliki gejala demam, batuk, dan sesak napas dengan riwayat perjalanan ke Wuhan, riwayat kontak dengan penderita, atau menjadi bagian dari kegiatan yang berada di Cina seperti makan makanan tertentu yang berkaitan dengan virus corona.
"Hasilnya adalah lima negatif, delapan orang masih dalam pemeriksaan, dan delapan orang lainnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena sudah kembali sehat," jelasnya.
Anung menuturkan, pemeriksaan terhadap 16 orang tersebut dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes.
Baca: Bantuan Uang dan Masker Telah Dikirimkan untuk WNI di China
"Sampai saat ini tidak ada yang meninggal. Enggak ada gol (positif virus corona)," tutur dia.
Mengacu dari laporan resmi WHO dalam perkembangan situasi virus corona per tanggal 29 Januari 2020, terdapat 6.065 kasus positif virus corona secara global, terdiri dari 5.997 kasus positif virus corona di Cina.
Kasus positif virus corona di luar Cina juga naik menjadi 68 kasus di 15 negara dibandingkan hari sebelumnya 56 kasus di 14 negara.
Sekenario Evakuasi WNI dari Hubei Cina
Plt Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan, Indonesia terus mematangkan proses evakuasi WNI dari Provinsi Hubei, Cina.
Dalam kegiatan Forum Merdeka Barat (FMB) di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jalan Medan Merdeka Barat, Teuku Faizasyah mengungkapkan skenario evakuasi WNI dari wilayah terdampak wabah virus corona.
Pemutakhiran data WNI
Teuku Faizasyah mengatakan, proses pemutakhiran data WNI di provinsi Hubei, Cina kini sedang berlangsung.
Pendataan kembali WNI di Hubei dimaksudkan untuk keabsahan hukum bagi setiap orang yang akan meninggalkan suatu negara.
Sejauh ini, ia mengatakan ada 243 WNI di Provinsi Hubei dan tersebar di 7 titik.
Baca: Respons Yasonna Laoly Sikapi Desakan ICW Minta Dirinya Dicopot Dari Jabatan Menkumham
Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada WNI yang belum terdata.
"Kita memaklumi di era kemudahan perjalanan ini mungkin masyarakat ada yang tidak melapor saat berada di Hubei. Jadi tidak menutup kemungkinan akan bertambah. Pemutakhiran data dilakukan sejak kemarin dan terus berlangsung, untuk keabsahan hukum serta memastikan tak ada WNI yang tertinggal di sana," ujar Teuku Faizasyah.
Menyiapkan Titik Lokasi Penjemputan di Hubei
Kemudian, menentukan satu titik konsentrasi WNI, agar memudahkan proses penjemputan.
Dengan cakupan wilayah provinsi Hubei yang sangat luas, pemerintah RI ujar dia, sedang mempertimbangkan titik tengah penjemputan WNI.
Baca: Perlu Daya Tahan Tubuh Optimal untuk Mencgah Penyebaran Virus
"Ada keperluan secara khusus mengatur logistik pemberangkatan di titik-titik kumpul. Kalau kita bayangkan di salah satu kota saja di 500km ke pusat tujuan penampungan maka harus mengelola dari 7 titik menjadi satu titik," jelas dia.
Pemeriksaan Kesehatan
Indonesia juga memikirkan terkait pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat maupun tiba di Indonesia.
Nantinya sebelum diberangkatkan ke tanah air, para WNI akan diperiksa intensif oleh tim medis untuk memastikan kondisi tubuhnya tidak terjangkit virus corona.
Baca: Pengamat: Soal Panggilan KPK, Zulkifli Bisa Meniru Sikap Muhaimin
Untuk kesiapan tim medis, Faizasyah mengatakan, pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan otoritas kesehatan setempat.
Selanjutnya, tiba di Indonesia para WNI juga akan kembali mengikuti assesment, untuk memastikan kondisi kesehatan prima dan fit untuk berkumpul bersama keluarga.
"Tim medis ini yang melakukan asesmen kondisi mereka para WNI, baik titik keberangkatan dan tiba di tanah air. Sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, kembali ke keluarga, mereka dalam kondisi yang fit dan prima," ucap Faizasyah.
Cerita mahasiswa Indonesia di Wuhan
Kota Wuhan, Cina seolah menjadi kota mati setelah status lock down diberlakukan di wilayah tersebut setelah virus corona mewabah.
Transportasi umum, pertokoan, hingga aktivitas warga pun tak berjalan sebagaimana biasanya.
Alfi Rian Tamara, mahasiswa asal Indonesia yang sedang menjalani program beasiswa China Government Scholarship S-2 dari education of science menjadi saksi perubahan situasi di Kota Wuhan..
Rian, begitu ia disapa, mengaku kesulitan mencari bahan makanan sehari-hari lantaran banyaknya toko yang tutup.
Baca: Perlu Daya Tahan Tubuh Optimal untuk Mencgah Penyebaran Virus
Warga sendiri juga diimbau untuk tidak keluar rumah.
Namun, mahasiswa Wuhan University of Technology tersebut rela keluar asrama dan berjalan kaki tujuh menit demi membeli bahan makanan di tengah wabah virus corona.
"Saya berbelanja di toko yang bersebelahan dengan kampus. Namun bukan supermarket, hanya toko perbelanjaan biasa. Jaraknya sekitar 7 menit jalan kaki," ujar Rian, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (30/1/2020).
Baca: Antisipasi Corona, Pemerintah Siapkan Dua Skenario Evakuasi WNI di Wuhan
Rian biasa membeli sayur mayur, rempah-rempah, roti, telur, beras, hingga buah-buahan di toko tersebut.
Selain karena hanya toko tersebut yang buka di sekitar kawasannya tempat tinggalnya, toko tersebut pun menjual bahan makanan didatangkan dari luar kota Wuhan.
Namun, kondisi di Wuhan membuat harga bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan menjadi sangat mahal.
Baca: Antisipasi Corona, Pemerintah Siapkan Dua Skenario Evakuasi WNI di Wuhan
"Yang biasanya per kilogram (kg) bawang putih kita dapat membeli dengan harga 5 Yuan atau sekitar Rp10.000, saat ini menjadi 20 Yuan per kg atau Sekitar Rp 40.000," kata dia.
Pria yang mengenyam pendidikan S-1 di Universitas Syiah Kuala Aceh tersebut bahkan sudah berbelanja untuk stok seminggu ke depan.
Biasanya empat hari jelang habisnya stok di asramanya, Rian akan kembali membeli bahan makanan.
Baca: Deretan Foto Dokter & Perawat Lelah Rawat Pasien Corona, Tidur Berjajar di Lantai, Menunduk di Meja
"Mungkin sekitar empat hari lagi kami (mahasiswa) akan belanja kembali untuk memenuhi stok seminggu ke depan. Menjaga pasokan makanan kami," jelasnya.
Ketakutan akan virus corona tentu terlintas dalam pikirannya.
Namun, Rian berusaha menjaga diri agar tidak tertular virus tersebut dengan melengkapi dirinya menggunakan masker serta sarung tangan.
"Sebenarnya takut juga untuk keluar berbelanja, (karena bisa) tertular virus. Namun kami memakai masker dan sarung tangan, karena virus itu menular melalui sistem pernafasan dan sentuhan langsung orang-orang yang terpapar virus," kata Rian.
"Jadi kami menghindari tempat ramai dan alhamdulillah setiap belanja tidak saat ramai atau banyak orang lain. Tidak bercampur dengan orang-orang lainnya," ujarnya.