Gerhana Bulan
5 Amalan Bisa Dilakukan Umat Muslim saat Gerhana Bulan Penumbra Dini Hari Nanti, Termasuk Bersedekah
Lima amalan bagi umat muslim yang dijelaskan di bawah ini dapat dilakukan saat gerhana bulan terjadi.
TRIBUNNEWS.COM - Gerhana bulan Penumbra akan terjadi pada Sabtu, 11 Januari 2020, dini hari nanti.
Diketahui gerhana bulan adalah peristiwa dimana cahaya matahari terhalangi oleh bumi, sehingga cahaya tidak sampai ke bulan.
Gerhana bulan penumbra terjadi ketika bulan masuk ke bayang-bayang penumbra bumi.
Hal ini mengakibatkan bulan masih dapat terlihat meski cahaya redup.
Menurut Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), nantinya fase gerhana bulan dapat diamati dan terjadi di seluruh wilayah di Indonesia.
Waktu puncak gerhana
Dilansir dari Kompas.com, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, gerhana bulan penumbra pada 11 Januari 2020 dibagi menjadi tiga fase, yaitu gerhana mulai, puncak gerhana, dan gerhana berakhir.
Sementara, untuk waktunya berdasarkan zona wilayah masing-masing.
Daerah dengan zona waktu Indonesia barat (WIB):
Dapat menyaksikan puncak gerhana pada pukul 02.10 WIB. Fase gerhana di daerah WIB dimulai pukul 00.05, dan berakhir pada pukul 04.14. WIB.
Daerah dengan zona waktu Indonesia tengah (Wita):
Puncak gerhana dapat diamati pukul 03.10. Fase gerhana di wilayah Wita dimulai pukul 01.05, dan berakhir pukul 05.14.
Daerah dengan zona waktu Indonesia timur (WIT):
Puncak gerhana terjadi pukul 04.10, dan berakhir pukul 06.14.
Amalan-amalan
Mengutip dari Rumaysho.com, lima amalan bagi umat muslim yang dijelaskan di bawah ini dapat dilakukan saat gerhana bulan terjadi.
1. Shalat Gerhana
Terdapat anjuran untuk mengerjakan salat gerhana secara berjamaah di masjid.
Salat gerhana bisa dikerjakan sendiri maupu berjamaah. Ada anjuran untuk melakukan salat berjamaah di masjid.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat.
Jika seseorang berada di rumah, dia boleh melakukan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
Artinya : “Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”. (HR. Bukhari no. 1043)
Menunaikan shalat gerhana secara berjamaah di masjid lebih utama. Bahkan Nabi Muhammad S.A.W mengajak para sahabat untuk mengerjakan shalat di masjid. (Syarhul Mumthi’, 2: 430)
2. Perempuan boleh salat gerhana bersama kaum pria
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
Artinya : “Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”
Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
Artinya : “Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.” (Fathul Bari, 4: 6).
Wanita diperbolehkan ikut bersama kaum pria mengerjakan salat di masjid.
Meskipun anjurannya wanita bisa melakukan shalat gerhana sendiri di rumah.
3. Meyerukan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
Artinya : “Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah).
Kemudian orang-orang berkumpul dan mengerjakan shalat gerhana dua raka'at (HR. Muslim no. 901).
Dalam hadist juga diperintahkan untuk tidak mengumandangkan adzan dan iqomah. Azan dan Iqamah tidak ada dalam tata cara shalat gerhana.
4. Berkhutbah setelah shalat gerhana.
Setelah melakukan shalat gerhana, disunahkan untuk berkhutbah. Khutbah yang dilakukan bisa dua kali seperti Khutbah Jumat dan Khutbah Ied. (Kifayatul Akhyar, hal. 202).
Setalah melakukan shalat gerhana, Nabi Muhammad S.A.W berkhotbah dihadapan banyak orang.
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
“Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)
5. Perbanyaklah zikir, istighfar, takbir dan sedekah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Artinya : “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044).
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Mela Arnani)