Selasa, 7 Oktober 2025

Laut Natuna Diklaim China

Kapal Asing Masuk Perairan Natuna, Kisah Tokoh Nelayan Natuna Ingin Seperti Vietnam & Tiongkok

Salah satu tokoh nelayan natuna mengungkapkan kisah dan pengalamanya terkait kapal-kapal asing yang masuk ke perairan Natuna

Penulis: Muhammad Nur Wahid Rizqy
Youtube Kompas TV
Salah satu tokoh nelayan natuna mengungkapkan kisah dan pengalamanya terkait kapal-kapal asing yang masuk ke perairan Natuna 

TRIBUNNEWS.COM - Masuknya kapal-kapal asing penangkap ikan ke perairan Natuna menimbulkan permasalahan antar negara.

Bahkan atas kejadian tersebut, Pemerintah melalui aparat TNI telah mengerahkan 600 personel pasukan intensitas operasi rutin dalam pengamanan Laut Natuna.

Dikutip dari tayangan Kompas Petang, Senin (6/1/2020), salah satu tokoh nelayan Natuna, Rodhial Huda mengungkapkan apa yang ia alami selama melaut di laut Natuna.

Rodhial menyebutkan, ketika para nelayan melaut di natuna, ia sesekali mejumpai kapal dari Tiongkok dan Vietnam.

Terkait dengan masuknya kapal-kapal asing tersebut ke perairan Indonesia, Rodhial menyebut nelayan-nelayan asing memanfaatkan kekosongan nelayan dan patroli yang ada.

Nelayan-nelayan asing banyak melihat peluang kekosongan, dan posisi mereka selalu di dekat perbatasan.

"Sesekali kita menemukan kapal dari Tiongkok, sesekali kita menemukan kapal dari Vietnam," kata Rodhial.

"Mereka memanfaatkan kekosongan nelayan dan kekosongan patroli. Jadi mereka seolah-olah selalu standby didekat perbatasan, ketika mereka melihat peluang, mereka kemudian masuk. Dan ketika ada patroli, mereka keluar lagi," ujarnya.

Tangkap Layar YouTube KompasTV Visual Kapal Asing Masuk ke Natuna Tertangkap Kamera Pesawat Patroli Angkatan Laut
Tangkap Layar YouTube KompasTV Visual Kapal Asing Masuk ke Natuna Tertangkap Kamera Pesawat Patroli Angkatan Laut (Tangkap Layar YouTube KompasTV)

Kapal-kapal asing, dikatakan Rodhial banyak terlihat ketika sedang musim utara.

Maksud dari musim utara sendiri adalah musim yang selalu terjadi di akhir tahun dan di awal tahun.

Sama seperti kondisi saat sekarang ini.

Ketika musim utara berlangsung, terdapat gelombang besar, angin kencang dan itu menjadikan nelayan lokal tidak maksimal untuk melaut.

Sedangkan disisi lain, potensi ikan yang berada di laut cukup banyak.

Dengan itulah, di masa-masa musim utara banyak ditemukan nelayan dan kapal-kapal asing masuk ke perairan Natuna.

Selain itu potensi Ikan di laut Natuna terbilang cukup besar.

Bahkan ketika kapal-kapal asing tersebut masuk ke perairan Indonesia dan mendapatkan ikan, hasil tangkapan mereka terlihat selalu penuh dengan ikan.

Tokoh nelayan Natuna itu juga mengatakan, jika kapal-kapal asing masuk ke perairan Indonesia dengan jumlah yang banyak, tak jarang ini mengakibatkan gangguan.

Terlebih dengan luas laut yang luas dan patroli yang sedikit, ini memudahkan kapal-kapal asing dengan mudah masuk ke perairan Natuna.

Di akhir keteranganya, Rodhial berharap Pemerintah bisa memberikan rasa aman ketika nelayan-nelayan Indonesia melaut.

Dengan cara seperti kapal pengawal yang mengawal nelayan-nelayan mereka.

Keselamatan merupakan hal yang lebih dibutuhkan nelayan Natuna.

"Kami berharap bisa melaut dengan aman, kami sebenarnya berharap juga sama seperti nelayan Vietnam dan Tiongkok yang selalu dikawal dengan penjaga pantainya," ujar Rodhial

"Jadi maksud saya dengan pengawal pantai itukan untuk keselamatan, jadi itu yang lebih kita butuhkan," imbuhnya.

Rodhial juga memperumpamakan jika nelayan bisa menjadi mata dan telinga dari aparat keamanan.

Maksud tersebut adalah nelayan bisa memberikan informasi secara cepat kepada pihak keamanan jika terjadi bentuk pelanggaran.

Namun, sarana penunjang kordinasi antara otoritas keamanan dan nelayan Natuna yang masih menjadi kendala.

"Tidak semua nelayan memiliki radio. Itu menjadikan nelayan tidak bisa dengan segera melapor ke pihak keamanan," kata Rodhial

"Ya kita sering berkomunikasi, tapi kadang-kadang kan radio yang dimiliki nelayan terbatas jadi tidak bisa melapor dengan segera. Jadi kalau bisa, kami (nelayan) bisa dijadikan mata dan telinga aparat keamanan, harus ada benang merah kerja yang lebih jelas, supaya kami bisa melapor setiap saat," imbuhnya.

(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy) 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved