Eksklusif Tribunnews
Tri Rismaharini, Wali Kota Rasa Menteri
Saya jadi wali kota juga nggak minta. Bahkan saya berdoa untuk nggak jadi. Soalnya tanggung jawabnya berat.
Penulis:
Vincentius Jyestha Candraditya
Editor:
Rachmat Hidayat
Di Kota Surabaya sekarang sudah dipasang kamera face recognition (pengenalan wajah), itu untuk keperluan apa?
Saya butuhnya macam‑macam. Bukan hanya untuk (mengenali) teroris. Saya juga butuh terkait kasus penculikan anak. Makanya di sekolah saya juga pasang kamera. Selain itu di tempat ibadah dan bank.
Menggunakan kamera itu kita bisa kenali wajah orang berikut gerakan tubuhnya. Wajah orang yang mencurigakan langsung kita hubungkan dengan data kependudukan, sehingga langsung bisa dikenali.

Selepas dari menjabat Wali Kota Surabaya, bagaimana rencana Anda selanjutnya?
Nggak, saya nggak merencanakan sesuatu, termasuk jabatan. Saya jadi wali kota juga nggak minta. Bahkan saya berdoa untuk nggak jadi. Soalnya tanggung jawabnya berat.
Saya pernah dapat cobaan berat ketika kejadian bom (bunuh diri di tiga tempat ibadah dan Polrestabes Surabaya pada 13-14 Mei 2018). Pada hari biasa kami bisa mendapat pemasukan Rp 300‑500 juta per hari, tapi setelah ada bom sehari cuma dapat Rp 1 juta.Itu berlangsung selama seminggu. Coba bayangkan kalau suasana seperti itu berlangsung lebih lama.