Minggu, 5 Oktober 2025

Eksklusif Tribunnews

Wamen Agraria dan Tata Ruang Surya Tjandra: Saya Bukan yang Gampang Dibohongi

Menjadi Wakil Menteri, membantu Menteri Agraria dan Tata Ruang serta Kepala Badan Pertahanan Nasional Sofyan Djalil.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra saat wawancara khusus dengan tribunnews.com, di Jakarta, Kamis (14/11/2019). 

Ini kan' kayak portofolio yang lumayan. Yang penting sudah pernah 3 bulan jadi wamen, asal tidak dipecat karena korupsi saja. Aman. Buat saya pribadi, cukup lah. Saya sudah merasa cukup.

Tinggal sekarang bagaimana kalau ada kesempatan, tugas khusus saya kan bisa kasih lahan kepada orang yang tidak punya lahan. Yang tidak tahu kapan lagi bisa datang. Yang lain tidak terlalu penting. Membayangkan itu bisa terjadi, ya sudah fokus saja bekerja.

Ngomong-ngomong, konflik agraria itu, paling banyak di mana?
Jawa. Karena lahan terbatas, orangnya banyak, juga terorganisir relatif. Konflik ini terjadi karena terorganisir. Dan bagi saya, ya bagus. Bagi saya konflik itu adalah petunjuk awal, untuk kita perlu masuk. Tapi yang namanya redistribusi ini, bukan hanya yang konflik.

Ini kan prinsipnya adalah memberikan hak atas tanah kepada yang tidak punya hak atas tanah. Supaya dia bisa punya sumber ekonomi baru yang bisa dia manfaatkan untuk kembangkan hidupnya jadi lebih baik.

Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra saat wawancara khusus dengan tribunnews.com, di Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra saat wawancara khusus dengan tribunnews.com, di Jakarta, Kamis (14/11/2019). (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Nah ini yang mestinya ada konflik atau tidak, kita masuk. Dan saya mau masuk. Tapi memang harus mulai dari konflik dulu yang sudah jelas. Dan kenapa penting ada organisasi, karena kami berharap setelah kita kasih itu benar-benar punya dampak pada komunitas. Bukan lagi individu-individu saja. Jadi dia punya hak begitu tapi komunitas yang saling bersinergi, saling berkolaborasi menguatkan, bersama-sama negara untuk hadir.

Saya berencana untuk ke Kementerian PDTT, karena mereka punya program seperti itu juga. Kementerian Pertanian sudah datang Menterinya ke sini.  Tapi saya mulai dari yang paling mungkin dulu. Jadi lintas sektor ini sudahlah kita beresin, biar ada hasilnya. Saya kan tidak ada beban. Mungkin kalau menteri terlalu banyak ribetnya, protokolnya.

Saya kan wamen, statusnya juga tidak jelas, dalam struktur. Ini ruangan juga tidak ada tadinya, eh tiba-tiba ada he-he. Untung ada ruangan, yang lain, kementerian lain mungkin belum ada ruangannya he-he.

Anda ini, biasa berkonflik atau biasa menyelesaikan konflik?
Kalau buat saya konflik itu adalah awal kreativitas. Kalau tidak ada konflik kita tidak punya tawaran yang baru, tidak ada terobosan. Istilahnya niscaya, tidak akan tidak ada. Memangnya dunia ini mulus terus.

Tapi itu sumber kreativitas. Saya tidak merasa keberatan. Saya peluk lah paling ditonjokin, dihina-hina, ya paling dihina-hina doang. Saya tidak hilang, identitas saya begini-gini aja. Saya tetap saya, orang melihat si Surya sudah menjadi wamen.

Baca: Presiden Serahkan SK TORA Perdana untuk Masyarakat di Pulau Kalimantan

Perasaan siapa yang berubah, saya tidak berubah. Mereka berubah melihat saya. Tinggal saya manfaatkan itu, untuk sesuatu yang lebih baik. Kalau tidak berguna ya tidak usah. Saya bukan orang yang gampang dibohongin loh. Saya ini punya lah skill-skill menilai seseorang. 2-3 menit sudah tahu orang ini seperti apa. Tapi saya melihat mereka orang-orang yang pekerja keras. Punya niat yang sama kayak kita, ingin memperbaiki keadaan.

Tapi rupanya mereka tidak bisa bekerja sendirian, jadi kepala kantor pertanahan misalnya. Dia ingin jujur banget, tapi belum tentu dia didukung oleh orang sekitarnya. Atau dengan lembaga yang lain, kepolisian, kejaksaan. Ini mulai ada keluhan. Kapolri bilang jangan sampai Kapolres meres-meres.

BPN juga menjadi sasaran. Jadi memang kami tidak bekerja sendirian dalam realitas. Istilahnya kepala kantor tidak cukup punya, inderanya tidak cukup 5, harus ada 6, saya sudah 8 mas he-he. Yang mungkin bagi saya niat baik saja. Ketulusan saja.

Baca: Tunda Pengesahan RUU Pertanahan Karena Pembahasan Cenderung Eksklusif

Dan saya dengan bersikap tulus, saya tahu tidak semua orang punya ketulusan. Tapi setidaknya saya tulus. Dan mudah-mudahan dengan begitu, dia agak malu-malu dikit jadi lebih baik atau jadi ikut-ikut tulus kayak saya. Ya alhamdulillah itu yang kita harapkan.

Saya tahu juga, saya bukan orang yang bebas dari dosa. Siapa sih yang tidak punya dosa. Mungkin penerimaan itu, yang membuat saya lebih optimis bisa. Karena dilepas dari persepsi publik, banyak hal baik, bisa dilihat orang-orang bekerja keras. Kalau di sini ada yang namanya Bulok, Bujang Lokal. Jadi kerjanya di mana, istri atau suaminya di mana, anaknya di mana.

Karena rotasi, mutasinya cepat. 2-3 tahun pindah. Dan banyak doktor yang sekolah, sama yang mondok di kantor juga banyak. Karena ketika kerja ya kadang-kadang diundang rapat, rapat. Di sini kan vertikal. Perintah atasan tidak boleh membantah. Mungkin saya saja yang rada selebor dikit. Masih bisa bercanda-canda dan saya coba 'acak-acak' sedikit.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved