Kabinet Jokowi
Ciptakan Trobosan Ekonomi, Nadiem Makarim Dinilai Layak Masuk Kabinet Jokowi
Di antara kandidat yang ada, Fitra menilai CEO Gojek Indonesia, Nadiem Makarim layak dipertimbangkan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut akan menempatkan kalangan muda di kabinet Indonesia Kerja jilid 2 periode 2019-2024.
Menteri muda tersebut harus mengerti manajemen, mengeksekusi program serta mampu mengikuti perubahan zaman dengan cepat.
Baca: Golkar Incar Kursi Menteri Sosial di Kabinet Kerja II Jokowi-Maruf?
Menurut ekonom Universitas Indonesia, Fitra Faisal, Indonesia dapat meniru Malaysia dalam mengangkat Syed Syaddiq sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora).
Di antara kandidat yang ada, Fitra menilai CEO Gojek Indonesia, Nadiem Makarim layak dipertimbangkan.
"Terlebih kita memiliki banyak calon potensial dari kalangan muda yang bisa melahirkan terobosan dalam membantu mengatasi tantangan jangka pendek yang dihadapi Indonesia di bidang ekonomi. Salah satunya, Nadiem Makarim," kata Fitra kepada wartawan, Jumat (18/10/2019).

Ia menambahkan, dengan kredibilitas Nadiem dalam membangun Gojek, perusahaan rintisan yang telah menjadi Decacorn, atau punya valuasi di atas US$ 10 miliar, pria 35 tahun itu bisa diberi kepercayaan untuk beberapa bidang karena kemampuan eksekusi yang mumpuni.
"Pilihannya mulai dari investasi, digital, ataupun bidang pendidikan. Tapi yang saya ingin tekankan, adalah bagaimana digitalisasi menjadi tuntutan dunia saat ini. Semua bidang akan terkait dengan digitalisasi dan juga tehnologi, makanya digital sangat penting. Menurut saya, Nadiem punya kapasitas dalam hal itu," ungkap Fitra Faisal.
Menurutnya, kabinet yang akan dibentuk Jokowi - Maruf Amin akan dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Baca: Puji Suara Mendikbud dan Kapolri, Jokowi: Saya Kira Pak Muhadjir Tadi Mau Ngaji, Ternyata Nyanyi
Mulai dari jangka pendek hingga potensi resesi yang berlanjut, serta krisis-krisis yang harus diantisipasi segera.
"Oleh sebab itu, saya ingin mengarisbawahi bahwa memilih menteri yang mampu membuat deregulasi, sekaligus sebagai eksekutor itu sangat penting. Kementerian di periode kedua Jokowi harus mampu menjadi penahan akan tantangan-tantangan ke depan," katanya.
Tokoh muda lainnya

Tokoh-tokoh muda yang memiliki prinsip result oriented dalam etos kerjanya dinilai layak berada di kebinet pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Di tengah kementerian-kementerian strategis yang mayoritas bermuara pada proses oriented, pemerintahan Jokowi memerlukan kementerian yang lebih dinamis, fleksibel, dan berorientasi pada hasil demi mengatasi tantangan jangka pendek di bidang ekonomi.
Hal itu dinyatakan anggota Senate Indonesia Marketing Association, Fritzs Simanjuntak, di Jakarta, Jumat (18/10/2019).
"Jika bicara siapa tokoh muda yang punya kemampuan untuk itu, saya melihat ada pada diri, Wishnutama. Mengapa? Track record dirinya sebagai seorang profesional di industri media televisi yang langsung terlihat hasil nyata dari pekerjaan yang dilakukan, membuktikan dirinya sangat result oriented. Sukses penyelenggaraan upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018, dan bagaimana efektifitas kampanye terbuka yang dilakukan Jokowi saat Pilpres lalu, pantas diapresiasi tinggi," katanya.
Baca: Guru Besar FH Unsoed: Perppu Bukan Satu-satunya Solusi untuk KPK
Menurut Fritzs, kreatifitas dan kemampuan manajerial pria yang bernama lengkap Wishnutama Kusubandio itu, menjadi kredit poin tersendiri, terutama jika dipercaya untuk menangani ekonomi kreatif.
"Bidang pariwisata sebagai sumber devisa non migas Indonesia masih memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan. Terobosan-terobosan untuk menaikkan nilai tambah pariwisata Indonesia secara ekonomi hanya bisa dihasilkan oleh tokoh-tokoh muda yang kreatif, penuh inovatif, dan orientasi pada hasil yang langsung nyata dirasakan," ucapnya.
Meski mengakui kesuksesan beberapa tokoh muda sebagai enterpreuner, namun Fritzs tetap menyarankan agar prinsip kehati-hatian tetap diutamakan dalam memilih enterpreuner sebagai anggota kabinet.
Hal tersebut terkait dengan santernya nama Nadiem Makarim, CEO Gojek Indonesia sebagai kandidat menteri.
Fritzs mencontohkan, saat mantan PM Malaysia, Najib Razak memilih beberapa tokoh muda yang lulusan luar negeri atau pernah bekerja di perusahaan-perusahaan internasional ternama dalam pemerintahannya selama periode 2009-2018, ternyata banyak pula yang gagal dan rontok di tengah jalan.
"Bagaimanapun ada perbedaan antara bekerja di perusahaan, terlebih di perusahaan sendiri, dengan bekerja di pemerintahan. Ada banyak aturan dan pertimbangan sehingga eksekusi jauh berbeda," jelasnya.