Cerita Hanif Dhakiri Soal Kekompakan Menteri dalam Kabinet Jokowi
Kabinet kerja menteri periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera berakhir pada 20 Oktober 2019, mendatang.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabinet kerja menteri periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera berakhir pada 20 Oktober 2019, mendatang.
Hal itu seiring dengan pelantikan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakli presiden terpilih periode 2019-2024.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri membagikan kisah suka duka selama 5 tahun selama menjadi menteri pembatu Presiden Jokowi.
Menurutnya, hal yang berkesan selama menjadi menteri di kabinet adalah kekompakan. Sebab, lewat kekompakan antara menteri kabinet bisa menciptakan ritme kerja yang baik.
Baca: Rentetan Prestasi Lionel Messi yang 3 Lustrum Tercebur di Liga Spanyol
Baca: Kenapa Orang Korea Selatan Memotong Daging Pakai Gunting, Bukan Pisau?
Baca: Rentetan Prestasi Lionel Messi yang 3 Lustrum Tercebur di Liga Spanyol
Hanif juga menyebut bahwa suasana kerja yang dinamis antar menteri kabinet semakin membuatnya bersemangat dalam menjalankan tugas-tugas.
Hal itu disampaikan Hanif Dhakiri saat sesi wawancara khusus dengan Tribun di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/10/2019).
"Kalau di kabinet ini soal kekompakan, di kabinet ini soal kekompakan, koordinasi dan sinergi ini bagus dan terkendali untuk menjalani tugas-tugas dan urusan-urusan yang memang dalam konteks negeri kita ini selalu berkelindan atau dinamis," kata Hanif.
Sementara, sisi lain yang Hanif rasakan bagaimana membagi waktu antara urusan kerja dengan keluarga.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini harus membagi prioritas waktu antara urusan kerjaan sebagai menteri dan sebagai suami serta ayah bagi anak-anaknya.
Hanif sadar betul bahwa menjadi menteri Presiden Jokowi harus dituntut kerja cepat.
"pasti ada suka dukanya, mungkin lebih banyak berkaitan dengan soal waktu, karena pembagian waktunya itu jauh lebih sempit, ini kan ritme kerjanya akan cepat, jadi itu tidak menjadi problem," ungkap Hanif.
"Kalau buat saya yang penting kita lihat prioritasnya, prioritasnya apa, atau momen, di mana pekerjaan harus nomor satu, atau momen tertentu keluarga nomor satu," sambungnya.