Demo Tolak RUU KUHP dan KPK
Fahri Hamzah Heran Aksi Demo Mahasiswa Terlalu Cepat Jadi Kerusuhan
Fahri Hamzah menyatakan, mahasiswa seharusnya menghindari provokasi untuk mengedepankan dialog untuk menyampaikan aspirasinya.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai aksi demonstrasi mahasiswa yang terjadi beberapa waktu terakhir terlalu cepat berubah menjadi kerusuhan.
Ia menilai mahasiswa seharusnya menghindari provokasi untuk mengedepankan dialog untuk menyampaikan aspirasinya.
“Saya mendukung aksi mahasiswa karena yang masalah yang menyumbat bangsa ini, dan kalau benar-benar murni gerakan mahasiswa ini akan hilang pada waktunya. Tapi saya kaget dan heran aksi kemarin ini terlalu cepat menjadi api,” ungkap Fahri Hamzah saat diwawancara di ruangannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (27/9/2019).
Mantan politikus PKS ini menilai tema penolakan sejumlah revisi undang-undang seperti RUU KPK dan RUU KUHP tidak memiliki kekuatan yang kuat untuk dibawa sebagai penggerak mahasiswa.
Ia menilai tema tersebut terlalu mudah dipatahkan.
Baca: Mahasiswa Tolak Undangan ke Istana, Kabulkan Saja Tuntutan Kami. . .
Fahri pun menyayangkan mahasiswa terprovokasi yang membuat aparat keamanan bergerak mengambil alih keadaan.
Baca: Mantan Pimpinan KPK: Penerbitan Perppu Jangan Serampangan
“Iya itu tidak kuat, karena ini mudah dipatahkan. Selain itu saya tahu siapa penggerak gerakan ini, saya bisa langsung tebak ini bahan bakunya tidak kuat,” tegasnya.
Fahri pun mengatakan aksi mahasiswa sekarang berbeda dengan pada tahun 1998 dulu.
Baca: Istana Akan Tangani Aktor Rusuh Papua Benny Wenda Secara Politik, Tidak Militer
“Kalau dulu kan diawali krisis moneter tahun 1997, orang antre sembako di mana-mana, dan parahnya lagi Presiden Soeharto saat itu memilih kabinet yang salah, harusnya kabinetnya bisa membawa Indonesia keluar dari krisis, tapi pemilihan kabinet jadi seperti kesalahan di ujung,” ungkapnya.
Ia pun mengatakan mahasiswa harus mengedepankan dialog dan menghindari provokasi untuk menyampaikan aspirasinya.
“Saya ini generasi dialog, saya tidak ada rasa takut menemui mahasiswa, tapi rekan-rekan mahasiswa jangan menganggap dirinya berhadapan dengan anggota dewan yang tidak mau dialog. Mahasiswa tetap harus menjadikan dialog sebagai tujuan, kalau sudah ada provokasi misal mahasiswa melakukan pembakaran, aparat pasti tak akan tinggal diam, jangan sampai aparat ambil alih keadaan,” tegas Fahri.