Indonesia Tidak Perlu Impor Jagung
Musim kemarau adalah saat dimana pertanaman jagung meluas di Indonesia. Apalagi telah didukung melalui embung dan infrastruktur pengairan lainya. Saat
"Saat ini saja harganya bagus, yakni di atas Rp 3.150 perkilogram. Kondisi saat ini ada pertanaman dan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan. Ini kita lakukan bersama semua pihak, kita juga bekerjasama membangun kemitraan petani dengan pelaku usaha," katanya.
Sola menyebutkan rata-rata produktivitas jagung lokal sekitar 6 ton per hektare. Karena itu, pihaknya mendukung untuk menaikan produksi menjadi 10 ton per hektar. Peningkatan ini bahkan sudah terjadi di sentra produksi seperti di Sumbawa, Dompu, Sulawesi Selatan, Lampung dan Gorontalo.
"Tercukupinya kebutuhan jagung akan semakin menjauhkan Indonesia dari keran impor jagung yang merugikan petani. Sekarang kita sudah membuat sentra-sentra jagung setiap wilayah dan penanaman terus dilakukan. Selain di lahan sawah juga di lahan kering dan perkebunan," katanya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roslani menyatakan bahwa ancaman impor sudah bisa diatasi jika melihat hasil kerja sektor pertanian selama empat setengah tahun terakahir. Rosan menilai, tren sektor pertanian mampu memiliki nilai tambah.
"Misalnya, ekspor pangan Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami lonjakan dahsyat seperti tahun 2018, volume ekspor produk pangan menembus angka 42 juta ton. Beras nasional kita juga terbukti surplus sampai 2 juta ton lebih. Nah bila memang surplus kan tidak perlu impor. Mengartikan juga Indonesia tak selamanya impor," tukasnya.