Selasa, 7 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Tokoh Papua Minta Polri Monitoring Akun Medsos yang Berbahaya bagi Persatuan Bangsa

Tokoh Papua Hendrik Yance Udam‎ mengaku pihaknya mempercayai Polri bisa mengungkap semuanya demi mengobati luka di hati masyarakat Papua.

Theresia Felisiani/Tribunnews.com
Tokoh Papua Hendrik Yance Udam dan tokoh dari Gerakan Cinta Indonesia (Gercin) saat menggelar konferensi pers di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh Papua yang tergabung dalam ‎Gerakan Cinta Indonesia kini menunggu kinerja Polri mengungkap oknum pelaku persekusi dan rasisme pada mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.

Tidak hanya itu, mereka juga menunggu kerja Polri dalam mengungkap aktor intelektual dibalik pecahnya kerusuhan di Papua dan Papua Barat, pada Senin (19/8/2019) pagi.

Tokoh Papua Hendrik Yance Udam‎ mengaku pihaknya mempercayai Polri bisa mengungkap semuanya demi mengobati luka di hati masyarakat Papua dan meredam amarah mereka.

Baca: Intip Busana Red Velvet di MV Umpah Umpah yang Dituding Plagiat Desainer Paris Starn

Baca: Maybank Indonesia Siap Selenggarakan Maybank Marathon 2019

Baca: Tips Salah Beli Warna Blush On Agar Tidak Mubazir

"Kami percaya Polri dan TNI bisa mengungkap ini semua. Kami minta hukum ditegakkan," ujar Hendrik di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019).

Terakhir, Hendrik juga meminta Polri ‎memonitoring media sosial berbahaya yang mengancam persatuan bangsa.

"Jangan lagi kita memanas-manasi Papua. Kami minta penegak hukum monitoring media sosial yang berbahaya bagi keutuhan bangsa. Karena kita sama-sama tahu, persegeran dari Surabaya ‎ke Papua itu karena isu di media sosial. Segera Mabes Polri cari akun facebook yang sebarkan info hoax," tambahnya.

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan dan mengidentifikasi dua hoax atau konten tidak benar yang beredar terkait insiden asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang yang berujung kerusuhan di Papua.

Pelaksana Tugas Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan konten tersebut tersebar melalui media sosial dan pe‎san instan.

Hoax pertama berisi foto mahasiswa Pappua yang tewas dipukul ‎aparat di Surabaya. Hoax kedua berupa kabar adanya penculikan oleh aparat, polres Surabaya kepada dua mahasiswa yang ditangkap hanya karena menangantar makanan untuk penghuni asrama mahasiswa Papua yang dikepung.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved