Eksklusif Tribunnews
Ganjar Pranowo: Mba Mega yang Saya Kenal
Argumentasi Pak Ganjar saya kaitkan dengan wacana yang selalu muncul setiap Kongres 5 tahunan PDIP
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Megawati Soekarnoputri kembali dipercaya oleh 34 DPD dan 514 DPC umemimpin DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) periode 2019-2024.
Pengambilan sumpah Megawati sebagai ketua umum PDI Perjuangan dilakukan dalam rapat pleno Kongres V PDI Perjuangan (PDIP) yang dilaksanakan secara tertutup pada Kamis (8/8/2019) malam.
Terpilihnya Megawati menjadi sejarah dan rekor sebagai ketua umum terlama di Indonesia.
Sejak dibentuk tahun 1999, PDI Perjuangan telah dinahkodahi oleh Putri Bung Karno ini.
Politisi PDI Perjuangan yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai, sikap konsisten yang dijalankan Megawati menjadi modal besar.
Seluruh kader solid memintanya terpilih kembali sebagai ketua umum partai berlambang banteng moncong putih itu.
Selain itu, Megawati dinilai Ganjar sebagai sosok yang mampu mempertahankan konsistensi.
Pertanyaan yang sering muncul, bagaimana PDI Perjuangan melakukan regenerasi setelah Megawati kembali terpilih sebagai ketua umum.
Ganjar Pranowo memiliki pandangan tersendiri atas pertanyaan itu.
Kepada Tribun Network, Ganjar Pranowo secara blak-blakan menilai sosok Megawati Soekarnoputri yang dikenalnya.
Berikut sesi wawancara khusus Tribun Network dengan Ganjar Pranowo di sela Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Jumat (9/8/2019) lalu.
Baca: Sosok Penting Megawati di Mata Ara dan Ganjar Pranowo
Tribun Network:
Kita mau tau Ibu Mega yang Pak Ganjar kenal sampai sekarang?
Ganjar Pranowo:
Konsisten. Konsisten. Mbak Mega yang saya kenal konsisten, dan ada bahasa yang disampaikan di pidato. Ada kesabaran revolusi.
Saya melihat Mba Mega itu sosok yang konsisten dan betul. Perubahan akan terjadi kalau dilakukan terus menerus.
Waktu saya sekolah dulu, guru besar saya bilang batu itu keras, satu tetes air tidak ada artinya tapi ketika tetesan air secara terus menerus dibatu tersebut, batu itu bisa bolong.
Baca: Prabowo-Mega Akrab, Gerindra: Ada yang “Kebakaran Brewok”
Ada kesabaran revolusi yang ditunjukan Mba Mega dan selau konsisten dan konstitusional itu keluar dalam pidatonya.
Saya membayangkan Mba Mega tahun 1996. Saat saya tahu beliau pertama kali.
Kalau kita bicara ketokohan dalam parpol, Mba Mega teruji kok. Banyangin dua pemilu menang terus. Kalau dijumlah pidatonya Pak Jokowi jumlah 99 kan. 3 kali loh kita menang.
Baca: Cara Kader PDIP Sambut Wali Kota Risma & Prabowo di Kongres PDIP, Megawati Sampai Beri Pesan Khusus
Ya, ada banyak orang yang bilang, coba ganti dong dengan yang muda. Kita diujungnya nanti bicara soal kontestasi. Mempertahankan ideologi.
Siapa yang bisa konsisten seperti itu, ujung penilaian pemilu adalah menang kalah. Konsistensi dalam sikap adalah ideologi.
Siapa ank muda atau yang digadang-gadang seperi itu, belum ada yang seperti itu. Kok kita mau coba-coba. Kaya iklan-iklan ngapain coba-coba. Itu di partai ya.
Mba Mega melakukan kaderisasi atau tidak? Coba perhatikan. Kalau Mba Mega itu ingin dirinya keluarganya, trah Bung Karno, tidak akan lahir nama Jokowi.
Siapa Jokowi. Kenapa pada kesempatan kita menang, ada kekuatan kesempat tidak diambil sendiri.
Kok tidak dikasih keanaknya, dikasih ke orang yang hidupnya di pinggir kali, tidak terkenal waktu itu wali kota kelasnya, jadi gubernur tidak lama.
Kemudian,memang siapa Risma (red-Tri Rismaharini), PNS. Sama dengan PNS lainnya, dia orang berpartai, tidak. Waktu itu kan tidak, PNS kok.
Tapi dibela ditaruh karena Mba Mega punya insting politik. Kalau Anda tanya seberapa Anda dekat (dengan Megawati) loh saya ini siapa, Ganjar itu nothing. Kok Mba Mega still yakin betul ngasihi saya ke Jawa Tengah.
Baca: Berhasil Cetak Hattrick di Laga Perdana, Raheem Sterling Sebut Timnya Tampil Sangat Brilian
Yang diluar siapa lagi, Mas Pram (red-Pramono Anung) ada disitu, Mas Tjahjo ada disitu, Pak Jokowi sudah jadi presiden.
Jabatan-jabatan publik saya sudah jadi gubenur, Mba Risma umpama menjadi wali kota, mas Hasto (red- Hasto Kristiyanto) masih muda jadi Sekjen.
Dan saya kira masih banyak ditempat lain dimunculkan. Jadi sebenarnya memandanya harus lebih holistik. Kalau dalam PDIP memandangnya ada 3 pilar, siapa yang distruktural, siapa yang dilegislatif siapa di eksekutif.
Tribun Network:
Argumentasi Pak Ganjar saya kaitkan dengan wacana yang selalu muncul setiap Kongres 5 tahunan PDIP.
Memunculkan ketua harian atau wakil ketua umum dengan maksud sudut pandang baik, mencoba melakukan regenerasi yang bisa menahkodahi dan bisa menjadi lokomotif kepada para kader internal partai.
Pertanyaanya, kenapa wacana itu selalu dimentahkan?
Ganjar Pranowo:
Itu kan berkali-kali kan. Sebenarnya ketua harian, wakil ketua umum dan sebagainya itu kebutuhan organisasi saja. Itu teori yang elementer. Mba Mega sampai hari ini sehat saja masih pergi-pergi,kan.
Ketika Jawa Tengah kemarin panas, Mas Bowo (red-Prabowo Subianto) memindahkan posko, saya bilang hmm, ketua umum turun sendiri, banteng-banteng yang biasanya merumput bangun semuanya.
Apa artinya, organisasi masih bisa dikendalikan. Maka ketua harian wakil ketua itu sebuah relatifitas dalam berorganisasi khususnya bagi kami di PDIP.
Ketika kekuatan Mba Mega yang kepemimpinannya strong yang dia sangat kredible, dia sangat dihormati, bahkan hari ini semua parpol rasa-rasanya sowan ke Mba Mega.
Rasa-rasanya. Sebagian basar datang dan yang terakhir Pak Prabowo artinya apa beliau punya kewibawan.
Pada sisi itu, wacana-wacana yang dikembangkan itu lebih pada yang kita belum butuh.
Tapi di banyak kesepatan Mba Mega bilang dipidato loh, disampaikan 'saya kan sudah tua ada batasnya kalian-kalian kader harus siap'
Sebenarnya itu sudah sinyal-sinyal dan Mba Mega paling mengerti dan paling tau kapan itu terjadi.
Baca: Jokowi Nge-tweet Pengalaman Diajak Ngebut Perdana Menteri Mahathir
Kongres kali ini bagus sekali, tenang cendrung dingin. Istilah saya ini merayakan kemenangan saja yang sudah pasti.