Senin, 29 September 2025

Gramedia Luncurkan Novel Tentang Pendiri HMI Karya Ahmad Fuadi

Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan novel terbaru karya Ahmad Fuadi, berjudul 'Merdeka Sejak Hati' di perpustakaan Nasional, Jakarta.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Taufik Ismail
Penerbit Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan buku terbaru karya A Fuadi, berjudul Merdeka Sejak Hati di perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (28/7/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan novel terbaru karya Ahmad Fuadi, berjudul 'Merdeka Sejak Hati' di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (28/7/2019).

Novel setebal 380 halaman tersebut berisikan cerita kehidupan seorang pejuang kemerdekaan, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang menjadi pahlawan Nasional, Lafran Pane.

"Novel ini tidak sekedar hikayat seorang karakter dari masa lalu, tapi cerita ini diinspirasi kehidupan seorang pahlawan nasional yang mungkin kurang dikenal," ujar Fuadi.

Kehidupan Lafran Pane menurutnya layak diceritakan karena perjuangan dan pesan-pesannya masih sangat relevan dengan situasi yang ada sekarang ini.

Baca: Basaria Panjaitan Optimis Lolos Psikotes Calon Pimpinan KPK: Ini Bukan yang Pertama Buat Kita

Baca: Total 3.500 Personel Keamanan Dikerahkan, Leg Dua Final Piala Indonesia 2018 Ditunda!

Baca: Final Piala Indonesia PSM Makassar vs Persija Jakarta Resmi Ditunda

Baca: Kritik Donald Trump kepada anggota kongres Demokrat dituduh rasis

"Dia adalah pribadi yang sederhana, tulus, ikhlas, menampik jabatan dan selalu berusaha merdeka dari ikatan hutang jasa dan harta. Sejak belia dia sudah menunjukkan kematangan hati dalam memegang prinsip kemerdekaan, nasionalisme, dan juga islam," katanya.

Sejak kecil menurut Fuadi, Lafran hanya ingin menemukan kemerdekaan dan cinta yang hilang.

Demi kebebasan, anak piatu yang lahir dari kaki Gunung Sibualbiali ini melabrak semua aturan.

Kenakalan membuat Lafran dikeluarkan dari sekolah, minggat dari rumah, menjadi petinju dan anak jalan, bahkan nyaris kena hukuman mati.

Perantauannya dari Sumatera ke Jawa penuh dengan tikungan tajam.

Hidup di bawah penjajahan Belanda dan Jepang-lah yang kemudian menyadarkan adik sastrawan Sanusi Pane dan Armijn Pane ini bahwa ada hak yang jauh lebih mulia dari kebebasan pribadinya.

Sehingga kemudian dari tukang protes guru menjadi guru besar.

Dari penjual es lilin dan jagoan geng motor menjadi pahlawan nasional.

Ia mengatakan bagi Lafran merdeka itu ketika berani jujur dan sederhana di tengah riuh rendah dunia.

Baginya pula merdeka itu sejak hati dan islam itu sejak nurani.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan