Jumat, 3 Oktober 2025

Kabinet Jokowi

Relawan Jokowi Tolak Parpol Pendukung Prabowo Gabung ke Pemerintahan

Rosyid menilai sudah cukup porsi parlemen 60 % dari parpol koalisi Jokowi Ma'ruf dan relawan 01 yang sudah berjuang keras memenangkan Jokowi Ma'ruf Am

KOMPAS.COM/KRISTIAN ERDIANTO
Presiden Joko Widodo dan rivalnya di Pilpres 2019 Prabowo Subianto akhirnya bertemu. Pertemuan terjadi di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Terpilih Joko Widodo beberapa waktu yang lalu bertemu dengan Prabowo Subianto.

Dalam pertemuan itu keduanya membahas rencana rekonsiliasi. Bahkan beberapa hari ini juga tersiar kabar jika Gerindra, PKS, PAN, Berkarya dan Demokrat akan bergabung di pemerintahan Joko Widodo.

Menanggapi hal tersebut relawan Jokowi-Maruf yang tergabung dalam Komite Pedagang Pasar (KPP) menilai jika rekonsiliasi yang dilakukan tak perlu sampai memberikan jatah posisi kursi pemerintahan ke Partai pro Prabowo Sandiaga.

"Komite Pedagang Pasar (KPP) bersama relawan Jokowi Ma'ruf menolak Gabungnya Parpol Pro Prabowo Sandiaga ke koalisi Jokowi Ma'ruf," kata Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid Arsyad, Senin (22/7/2019).

Baca: ‎Catatan Penting Pimpinan Komisi II DPR RI Soal Swasta Bisa Akses Data Penduduk

Baca: 4 Kota Indah Ini Tawarkan Uang dan Rumah Murah untuk Orang-orang yang Mau Pindah ke Sana

Baca: Timnas U-19 Indonesia Akhiri Uji Coba di Jawa Timur dengan Pesta Gol

Rosyid menilai sudah cukup porsi parlemen 60 % dari parpol koalisi Jokowi Ma'ruf dan relawan 01 yang sudah berjuang keras memenangkan Jokowi Ma'ruf Amin.

Bahkan Rosyid juga menyebut tak elok jika nantinya Gerindra, Berkarya, PKS, PAN dan Demokrat mendapatkan jatah kursi di pemerintahan Jokowi Ma'ruf Amin.

"Rekonsiliasi hanya mendamaikan dan mendinginkan situasi politik di masyarakat antara pendukung 01 dengan pendukung 02, bukan harus ikut bergabung di ke pemerintahan Pak Jokowi dan Abah Ma'ruf. Sudah kalah Prabowo Sandiaga, malulah partai pendukung 02," ujarnya.

Sementara itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), menyatakan tidak ada penjatahan menteri dalam pemerintahan. Menurut PDIP, pemilihan menteri adalah hak prerogatif presiden.

“Partai boleh mengusulkan, tapi presiden punya kewenangan memutuskan yang paling pas,” kata Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

Hasto mengatakan itu untuk menanggapi pernyataan Amien Rais. Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN), itu meminta Presiden Joko Widodo membagi porsi kekuasaan 55 persen banding 45 persen dengan Prabowo Subianto. Angka itu sesuai dengan perolehan suara Jokowi dan Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2019.

Hasto mengatakan pembagian kekuasaan dan menteri tak bisa menggunakan angka. Pemilihan menteri, kata dia, harus bicara kualitas.

Menurut dia, seorang menteri harus paham dengan kementerian yang dia pimpin. Selain itu, menteri juga harus dapat sejalan dengan visi-misi presiden Jokowi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved