Pilpres 2019
Demokrat: AHY Berperan Jadi Faktor Pembuka Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo
Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon menyambut baik pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon menyambut baik pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Jansen menyebut pertemuan Jokowi-Prabowo sekaligus mengakhiri persaingan dan perseteruan sepanjang Pemilihan Presiden 2019.
"Pertemuan antara Prabowo dan Jokowi kemarin menjadi penutup episode drama panjang Pemilu 2019," kata Jansen Sitindaon kepada Tribunnews.com, Minggu (14/7/2019).
Jansen mengatakan pertemuan itu semestinya menjadi titik awal bagi semua pihak untuk melanjutkan langkah alias move on dari kontestasi pilpres 2019.
Baca: PENGKHIANATAN, jadi Alasan Liga Italia Serie A Lebih Bergairah, Bukan Faktor Cristiano Ronaldo
Baca: JADWAL MOTOGP Ceko 2019, Siaran Langsung di Trans 7, Marquez Dihadang Banyak Pebalap
Baca: Ribuan Orang Berdatangan Hadiri acara Visi Indonesia di Sentul
Baca: Sepi dan Terkunci, Kondisi Rumah ASN Kemenag yang Jadi Korban Mutilasi
Ia juga berharap pertemuan itu mengakhiri polaridasi para pendukung di Pilpres 2019.
Jansen pun mengatakan pertemuan dan rekonsiliasi setelah pilpres itu sejak awal juga menjadi perhatian partai Demokrat.
Ia mengklaim, pertemuan Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Jokowi beberapa saat lalu, menjadi pembuka jalan bagi rekonsiliasi.
"Pertemuan Mas AHY dan Pak Jokowi beberapa waktu lalu itu menjadi pembuka langkah perdamaian dan rekonsiliasi dan menurunkan ketegangan di antara kekuatan yang berkompetisi dalam pemilu," ungkap Jansen.

Sebelumnya, pada Sabtu (13/7/2019) pagi, Jokowi dan Prabowo bertemu untuk pertama kalinya setelah pilpres 2019.
Pertemuan keduanya berlokasi di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Pada pertemuan itu, Jokowi berharap tak ada lagi kompetisi seiring dengan berakhirnya pilpres 2019.
Jokowi mengatakan tak ada lagi 01 dan 02, begitu pula sebutan cebong (pendukung Jokowi) dan kampret (pendukung Prabowo) harus disudahi.
"Tak ada lagi cebong dan tak ada lagi kampret yang ada adalah garuda, garuda Pancasila. Marilah kita rajut, kita gerakkan kembali persatuan sebagai sebuah bangsa karena kompetisi antar negara, kompetisi global sangat ketat sehingga butuh kebersamaan membangun negara," kata Jokowi, Sabtu (13/7/2019).
Makna pertemuan Jokowi-Prabowo di MRT
Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Pareira mengapresiasi sikap negarawan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto bertemu untuk pertama kali pascapilpres 2019 di MRT, Jakarta, Sabtu (14/7/2019).
Baca: Jenazah KW Korban Mutilasi di Bandung Dimakamkan di Temanggung
Baca: Ribuan Orang Berdatangan Hadiri acara Visi Indonesia di Sentul
Baca: Doakan Aurel Hermansyah yang Ulang Tahun, Al Ghazali: Langgeng Sama Verrel
Baca: BREAKING NEWS: BMKG Catat Gempa 5.8 M Kembali Guncang Labuha, Maluku Utara, Tak Berpotensi Tsunami
Bagi anggota DPR RI ini, terdapat empat arti pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bangsa Indonesia.
Pertama, pertemuan ini menunjukan sikap negarawan demokratis dua belah pihak.
Sekaligus pendidikan politik yang baik untuk bangsa Indonesia.
Baca: Doakan Aurel Hermansyah yang Ulang Tahun, Al Ghazali: Langgeng Sama Verrel
Baca: BREAKING NEWS: BMKG Catat Gempa 5.8 M Kembali Guncang Labuha, Maluku Utara, Tak Berpotensi Tsunami
Baca: Susy Susanti: Saatnya Pebulutangkis Indonesia Tingkatkan Level ke Peringkat Bergengsi Dunia
"Bahwa setelah kompetisi yang “panas” sekalipun, baik Jokowi maupu prabowo rela bertemu, berjabat tangan, ngobrol dan makan bersama merupakan sarana untuk kembali mengeratkan tali silaturahim anak bangsa," ujar Andreas Pareira kepada Tribunnews.com, Minggu (15/7/2019).
Kedua, tempat pertemuan yang unik dan netral di station MRT.
"MRT adalah sarana publik menunjukan jiwa egaliter yang merakyat kedua tokoh bangsa ini," jelas anggota komisi I DPR RI ini.
Ketiga, pertemuan di tempat umum seperti ini, sekaligus menepis semua isu yang berkembang selama ini, seolah-olah pilpres ini harus diakhiri dengan rekonsiliasi bagi-bagi kursi di pemerintahan.

Keempat, pertemuan ini akan berdampak di masyarakat, bahwa urusan pilpres sudah selesai.
"Dan kita kembali hidup berdampingan sebagai anak bangsa. Tidak ada lagi “cebong dan “kampret” yang ada adalah Garuda Pancasila. Sehingga akan jelas kelihatan, siapa yang bermain di air keruh, yang masih mau memanfaatkan agenda pilpres ini untuk memecah belah bangsa Indonesia," ucapnya.
Kembali Bersatu
Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (13/7/2019) adalah momentum untuk kemajuan Indonesia.
Pertemuan ini juga diyakini akan mengakhiri spiritualisasi rasa dendam yang telah merasuk ke seluruh sendi kehidupan masyarakat yang sangat membahayakan eksistensi NKRI.

Hal itu disampaikan Direktur Relawan TKN, Maman Imanulhaq saat memberikan sambutan dalam acara syukuran rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo yang digelar Rumah Kerja Relawan (Rumker) Jokowi Amin di Jatinegara Jakarta, Sabtu (13/7/2019) malam.
"Saya yakin pertemuan ini akan mengakhiri rasa saling benci, curiga dan dendam yang memunculkan narasi tentang negeri yang sakit, kacau, kriminalisasi tokoh dll. Saya berharap semua pendukung kembali bersatu menguatkan persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air," kata Maman.
"Kita merasa lega dengan pertemuan Pak Jokowi dan Pak Prabowo tadi pagi. Karena harus diakui Pilpres 2019 telah memicu keretakan hubungan sosial di masyarakat. Mari kita hentikan aksi bullying, blokir-memblokir akun medsos, fitnah dan ujaran kebencian. Saatnya kita gotong royong membangun Indonesia yang lebih maju dan bermutu," ujar Bendahara Lembaga Dakwah PBNU ini.