Prakiraan Cuaca
Fenomena Gelombang Panas Eropa Tidak Berimbas di Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memberikan penjelasan mengenai gelombang panas yang melanda wilayah Eropa dan Timur Tengah.
Gelombang Panas yang melanda Eropa Tidak Berimbas di Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memberikan penjelasan mengenai gelombang panas yang melanda wilayah Eropa dan Timur Tengah.
Menurut BMKG dalam press release yang dimuat di laman resminya, fenomena suhu tinggi di Eropa dan Timur Tengah tidak akan berimbas di wilayah Indonesia.
Hal itu karena sistem sirkulasi udara yang menyebabkan gelombang panas antara wilayah Eropa dan Timur Tengah berbeda dengan Indonesia.
BMKG juga menyebutkan gelombang panas eropa tidak mengarah langsung ke Indonesia, selain itu suhu panas lebih dari 50oC peluangnya sangat kecil untuk terjadi di wilayah Indonesia.
Menurut catatan BMKG, berdasarkan Data Pengamatan Cuaca Stasiun Al Amara (No WMO 40680), Iraq, dalam 10 tahun terkahir, suhu tinggi lebih dari 50o C sering terjadi di kawasan Eropa dan Timur tengah, diantaranya ;
1. 52,2oC pada tahun 2016
2. 52,0oC pada tahun 2017
3. 51,5oC pada tahun 2018
4. 51,0oC pada tahun 2011 dan 2012

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Hari Ini Selasa 2 Juli 2019, Bandung Cerah Berawan Sepanjang Hari
Baca: Info BMKG: Prakiraan Tinggi Gelombang dan Hujan Lebat Disertai Petir Hari Ini Selasa 2 Juli 2019
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Gelombang Tinggi Capai 6 M di Sejumlah Wilayah, Berlaku 2-5 Juli 2019
BMKG menyebutkan, fenomena suhu tinggi sudah merupakan variasi iklim di wilayah tersebut pada episode iklim saat ini.
Sementara di Indonesia, menurut BMKG suhu maksimum di Indonesia belum pernah mencapai 40oC.
BMKG mencatat suhu tertinggi di Indonesia adalah sebesar 39.5oC pada tanggal 27 Oktober 2015 di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Fenomena Suhu Dieng
Fenomena embun beku di kawasan Dieng dan Bromo tidak ada kaitannya dengan Gelombang panas dan suhu tinggi di wilayah Eropa dan Timur Tengah.
Keterangan BMKG, fenomena embun beku di kawasan Dieng dan Bromo disebabkan oleh variasi musiman suhu di periode musim kemarau yang dipengaruhi angin monsun Australia serta topografi wilayah tersebut.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa 4.9 Guncang Simeulue, Aceh Selasa Pagi
Baca: Pembangunan Huntap Korban Gempa Palu, Wiranto Dorong Sumbangsih Pengusaha Lokal
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Sebut Adanya 2 Gempa yang Mengguncang Pulau Sulawesi
BMKG juga menambahkan, suhu dingin pada malam hari yang terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan juga disebabkan oleh meningkatnya hembusan angin monsun Australia yang membawa massa udara kering dan dingin.

Gelombang Panas Eropa dan Timur Tengah
Dalam press release-nya, BMKG menyebutkan gelombang Panas di Eropa dipicu oleh mengalirnya udara panas dari Afrika Utara yang mengawali musim panas di kawasan Eropa.
Seperti yang diketahui, wilayah Eropa dan Timur tengah, dalam beberapa mingggu terakhir tercatat mengalami suhu udara yang panas.
Di beberapa negara Eropa seperti Spanyol, Prancis dan Italia, berdampak hingga menimbulkan korban jiwa dan kebakaran hutan.
Sementara di wilayah Timur Tengah, berdasarkan pola klimatologis, wilayah Timur Tengah memang memiliki suhu yang tinggi pada periode Juni, Juli, dan Agustus (JJA).
Suhu tinggi pada periode Juni hingga Agustus ini disebabkan oleh posisi gerak semu tahunan matahari yang berada di wilayah Belahan Bumi Utara.
Baca: 3 Gurun Paling Berbahaya di Dunia: Ada Suhu Panas Ekstrem hingga Ancaman Api pada Ladang Gas Alam
Baca: Bagaimana gelombang panas bisa menyebabkan kematian?
Baca: Suhu Dingin di Dataran Tinggi Dieng Hasilkan Salju

Antisipasi di Indonesia
BMKG menghimbau untuk mengantisipasi suhu udara permukaan yang semakin panas dengan mengurangi hal-hal yang dapat meningkatkan emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfir.
Dikutip dari National Geographic Indonesia, beberapa upaya untuk mengurangi gas rumah kaca, antara lain ;
1. Membiasakan berjalan kaki.
2. Menggunakan energi dengan bijak
3. Mengurangi penggunaan kertas dan tisu
4. Mengurangi penggunaan plastik
5. Mengolah sampah organik menjadi kompos
6. Mengolah sampah non-organik menjadi bahan kreativitas
Simak Press Release BMKG disini.
(Tribunnews.com/Arif Tio Buqi)