Pakar Terorisme: 99 Persen Serangan Kelompok Ekstrim dan Teroris Sasar Mindset Orang Indonesia
Kelompok ekstrim di Indonesia 99 persennya mereka menarget mindset orang-orang Indonesia
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Politik dan Pakar Terorisme Internasional Prof Rohan Gunaratna mengatakan sejumlah kelompok masyarakat berideologi radikal dan ekstrim di Indonesia yang berasal dari Timur Tengah sedang mencoba melawan ideologi Pancasila.
Menurutnya, serangan yang dilakukan kelompok tersebut ke masyarakat Indonesia 99 persennya diarahkan terhadap pola pikir masyarakat.
Hal itu disampaikannya saat memberi ceramah dalam Simposium Perang Mindset Pada Era Keterbukaan Informasi di Gedung AH Nasution Kementerian Pertahanan RI lantai 16, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2019).
"Kalian bisa melihat kalau kelompok ini melawan Pancasila dan kelompok ini melakukan kekerasan. Tapi kekerasan ini hanya dilakukan 1 persen dan 99 persennya mereka menarget mindset orang-orang Indonesia," kata Rohan.
Baca: Rayakan Capaian 80 Juta Suara Real Count Internal, TKN Jokowi-Maruf: Pertandingan Sudah Selesai
Sebelumnya, Rohan juga menjelaskan sejumlah kelompok yang ia nilai ekstrim dan menebarkan teror.
"Jika kita lihat Indonesia hari ini, hanya ada sedikit kelompok ekstrim dan teroris. Apa saja grup tersebut, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, Jamaah Islamiah, Jamaah Ansharut Daulah, dan Jamaah Ansharut Syariah," kata Rohan.
Satu di antara sejumlah cara yang digunakan kelompok tersebut untuk mengubah mindset antara lain dengan membuat berita palsu.
Menurut catatannya, di Indonesia saat ini terdapat 34.850.000 berita palsu yang didistribusikan lewat berbagai media.
Baca: Ada Perbedaan Mencolok di Rilis Kelahiran Anak Pertamanya, Meghan Markle Dituding Palsukan Kehamilan
Menurutnya, berita-berita palsu itu mampu mengikis pikiran warga Indonesia jika tidak segera diganti.
"Semua berita palsu itu mengikis pikiran warga Indonesia. Jadi kalian perlu mengganti berita-berita palsu itu. Jika kalian tidak mengganti berita-berita palsu itu, masyarakat Indonesia akan dipengaruhi oleh ideologi ekstrimis dan eksklusif. Ini adalah ancaman nyata yang kini Anda hadapi," kata Rohan.
Berdasarkan data yang diperolehnya, saat ini ada 15 sampai 20 persen masyarakat Indonesia yang tidak percaya dengan Pancasila.
Selain itu, menurutnya angka tersebut juga bertambah dua sampai tiga persen setiap tahunnya.
"Sekitar 15 sampai 20 persen masyarakat Indonesia tidak percaya dengan Pancasila. Hal ini adalah ancaman besar bagi kalian dan setiap tahun angka itu bertambah dua sampai tiga persen," kata Rohan.
Baca: Jika Fabiano Beltreme Tak Bisa Main, Apa Langkah Persib Bandung? Dipinjamkan ke Klub Lain?
Sebagai upaya pencegahan sekaligus penindakan ia menyarankan agar pemerinrah Indonesia khususnya Kementerian Pertahanan membuat regulasi terkait ancaman ideologi tersebut.