Kasus Stunting Tinggi, Kemenkominfo Gencarkan Sosialisasi Pencegahan Stunting ke Daerah-daerah
Kasus gagal tumbuh pada anak karena kekurangan gizi atau stunting di Indonesia dinilai cukup mengkhawatirkan.
TRIBUNNEWS.COM, NGANJUK - Kasus gagal tumbuh pada anak karena kekurangan gizi atau stunting di Indonesia dinilai cukup mengkhawatirkan.
Bahaya dampak stunting dan ancaman terhadap masa depan generasi muda serta bangsa, membuat pemerintah terus menggalakkan upaya pencegahan kasus stunting.
Salah satunya dilakukan oleh Kementerian Kominfo melalui Direktorat Jenderal IKP yang menggencarkan sosialisasi terkait stunting.
Tak hanya sosialisasi langsung, Direktur IKP Kementerian Kominfo, Wiryanta juga terjun langsung menyampaikan sosialisasi lewat talk show interaktif di televisi daerah, Rabu (6/2/2019).
"Tahun 2030, Indonesia diprediksi mengalami bonus demografi. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan makin menguat. Namun, masalahnya saat ini di Indonesia, 1 dari 3 balita mengalami stunting. Jadi, Bonus demografi terancam sia-sia apabila persoalan stunting tidak ditangani dengan serius," papar Direktur IKP Kemenkominfo, Wiryanta dalam paparannya, sebagaimana rilis yang diterima TribunSolo.com.
Ia menguraikan secara grafik, angka kasus stunting memang menunjukkan tren menurun dari tahun ke tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun 2018 kasus stunting mengalami penurunan sebesar 6,4%. Dari angka 37,2% (Tahun 2013) menjadi 30,8% (Tahun 2018).
Kasus balita dengan stunting selama ini masih didominasi di pedesaan, namun angkanya berbeda tipis dengan perkotaan.
Hanya ada satu provinsi yang tidak mengalami Gizi Kronik atau stunting yaitu DKI Jakarta.
"Pencegahan Stunting memang menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Dalam hal ini, kami dari Kementerian Kominfo membantu mendiseminasi informasi dan mengkoordinasikan, karena penanganan stunting ini kan tidak tunggal. Tidak hanya urusan Kementrian Kesehatan. Ini juga menyangkut masalah sosial. Kita semua menyatu, bergotong royong diselesaikan secara bersama-sama,” urai Wiryanta.