Jumat, 3 Oktober 2025

Pengaturan Skor

Mantan Plt Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan Tak Kaget Anggota Exco Terjerat Kasus Pengaturan Skor

Mantan Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan sama sekali tidak kaget jika ada oknum dari dalam PSSI yang tersangkut kasus pengaturan skor.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
Tribunnews/JEPRIMA
Sekertaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan saat memberikan keterangan pers mengenai Andi Arief yang terlibat hoaks terkait dugaan adanya tujuh kontainer berisi surat suara pemilihan umum presiden yang sudah tercoblos untuk nomor 01 di Kediaman SBY, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2018). Menurutnya Partai Demokrat akan memberikan bantuan hukum atas kasus yang tengah dijalani Andi Arief. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan mengaku tidak terlalu mengenal sosok Exco PSSI, Johar Lin Eng, serta tiga orang lainnya, yakni Mbah Putih, Priyanto dan Yuni Artika Sari yang sudah ditetapkan oleh Satgas Mafia Bola sebagai tersangka kasus pengaturan skor.

"Saya hanya pernah dengar. Termasuk Vigit Waluyo juga hanya dengar saja. Tidak terlalu kenal orangnya," jelas Hinca Panjaitan saat berbincang dengan Tribun di salah satu mal di Jakarta, Sabtu (5/1/2019).

Kendati demikian, Hinca Panjaitan yang berkutat di sepakbola nasional selama 17 tahun, sama sekali tidak kaget jika ada oknum dari dalam PSSI yang tersangkut masalah tersebut.

Menurutnya, pengaturan pertandingan merupakan sesuatu yang sudah terjadi sejak lama. Tidak hanya sepakbola, tetapi juga pada cabang olah raga lain.

Hanya saja, Hinca mengamini olahraga yang bermain secara tim atau lebih dari satu orang akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk diatur.

"Sepakbola ini kan sampai 11 orang. Siapa yang bisa mengatur mereka untuk sama sekali tidak berhubungan dengan dunia luar, termasuk ke orang-orang yang berkepentingan ini. Belum lagi, manajer, pengurus bahkan pemilik misalnya," kata Hinca.

Mantan Ketua Komisi Disiplin PSSI itu mengungkapkan, pengaturan sangat mungkin terjadi dari dalam rumah.

Keluarga termasuk istri pemain atau orang tua pemain, bisa saja dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan ini.

Baca: Pengendara Ojol Penabrak Kapolda Sumsel Menyerahkan Diri, Saya Kabur karena Tak Tahu itu Kapolda

"Bisa semuanya, termasuk lewat keluarga. Dulu, saya pernah dapati istri seorang kiper yang dipengaruhi. Ini siapa bisa memantau sampai sana?" jelas pria bergelar doktor dengan desertasi mengenai sepakbola tersebut.

Berikut petikan wawancara Tribun dengan Hinca Panjaitan (HP):

Tribun : Soal pengaturan skor di sepakbola, apa yang selama ini Anda ketahui?

HP : Sejak pertandingan sebelum dimulai, sudah ada pengaturan skor. Bukan hanya sepakbola. Semua olahraga, bisa terjadi. Karena sifat manusia yang hanya ingin menang tanpa harus menjalani prosesnya.

Dalam sepakbola, lebih sulit. Harus dicari siapa yang bisa diatur? Ini bisa sampai ke keluarga si kiper bahkan. Semua bisa diatur dan sesuai dengan pesanan.

Tribun : Cara mengaturnya seperti apa?

HP : Banyak cara. Semua ini manusia-manusia yang mudah tergoda. Ada yang pura-pura cedera, ada yang bermain buruk, ada yang menendang bola ke arah yang sudah ditentukan. Sepakbola ini kan sampai 11 orang.

Siapa yang bisa mengatur mereka untuk sama sekali tidak berhubungan dengan dunia luar, termasuk ke orang-orang yang berkepentingan ini. Belum lagi, manajer, pengurus bahkan pemilik misalnya.

Tribun : Anda sepakat, apabila dikatakan PSSI melindungi mafia?

HP : Saya kasih tahu, siapa yang menjadi bandar judi di sepakbola Indonesia? Siapa saja orang yang berkepentingan? Jawabannya, seluruh dunia. Seluruh rumah judi.

Karena apa? Sepakbola Indonesia itu paling 'gila'. Penontonnya luar biasa banyaknya, bahkan pertandingan antar kampung saja banyak penontonnya. Nah, bandar ini memiliki prinsip, semua pertandingan yang ada penontonnya adalah uang.

Tribun : Semua pertandingan di Indonesia terhubung dengan Rumah Judi?

Baca: Pesona Vanessa Angel Ini Bakal Membuatmu Tak Percaya Jika Dia Diduga Terlibat Prostitusi Online

HP : Iya. Selama ponsel itu menyala saat pertandingan berlangsung, ada yang menghubungi rumah judi. Hingga menit terakhir semua bisa diatur.

Kalau dilihat secara detail, ada pemain yang jatuh, pura-pura cedera pada menit 83 atau 87, tim medis datang. Nah, tim medis ini, bisa juga jadi pemberi pesan kepada mereka dan menyampaikan apa yang harus dilakukan. Makanya, banyak yang bilang soal gol aneh.

Tribun : Ada contohnya?

HP : Saya membuktikan Persibo Bojonegoro main di Hong Kong. Kalah 8-0 pertandingan belum berakhir. Saat itu banyak yang cedera semua. Batas pemain FIFA itu minimal 7 orang.

Sebelum berakhir, pemain itu habis hingga 6 orang saja. Berhenti itu pertandingan. Soalnya, kalau itu dilanjutkan, kalahnya bisa lebih banyak dan tidak sesuai dengan skor yang diinginkan, karena skor itu yang sudah disepakati.

Imbalannya? ya pasti uang. Makanya, Persibo Bojonegoro itu saya hukum seumur hidup.

Tribun : Cara tahu ada pengaturan skor?

HP : Lihat saja, siapa H-1 sampai H+1 yang pegang ponsel? Mudah. Makanya, waktu saya jadi Komisi Disiplin, saya minta tidak memperbolehkan, siapapun nyalain ponsel saat pertandingan berlangsung. Termasuk semua orang yang ada di bangku cadangan.

Tribun : Berapa sih imbalannya biasanya?

HP : Tidak tentu. Bisa berapa saja dan bisa untuk siapa saja. Ada yang langsung beri ke pemain, ada juga jual pertandingan oleh pimpinan klub langsung. Dia jual saja pertandingan, yang penting ada ongkos pulang.

Tribun : Ada opini bahwa juara Liga 1 sudah ditentukan dari awal, sepakat?

HP : Tidak mungkin, dan saya tidak percaya. Saya 17 tahun di PSSI sebelum masuk partai. Tidak ada itu sudah ada juara sebelum liga bergulir.

Di pengurus PSSI itu ada juga pemilik klub, mereka sama-sama sudah menggelontorkan uang, sudah bekerja membangun timnya, tapi mau kalah? Tidak mungkin kan?

Kalau kemarin bukan Persija yang juara bagaimana? Apa bakal bicara ini juga sudah diatur? Ini hanya opini yang terus menerus dikembangkan, tetapi dari PSSI tidak ada yang bisa menarasikannya. Sehingga, opini ini terus dibiarkan dan tidak bisa ditangkis.

Tribun : Soal Vigit Waluyo, Mbah Putih dan Johar Lin Eng, kenal?

HP : Saya pernah dengar nama-nama itu. Mereka sudah lama di sepakbola. Tapi, mereka secara khusus tidak punya kasus dengan saya waktu saya menjabat. Saya tidak kaget kalau mereka terlibat pengaturan skor, karena mereka sudah terlalu lama di bola.

Tribun : Apa orang lama ini memiliki kesempatan lebih besar untuk Match Fixing?

HP : Bisa, karena ada saja yang justru datang ke mereka. Misalnya, ada anak baru di bola, bisa itu dimainkan. Karena apa? Karena anak ini datang ke mereka yang sudah lebih senior.

Tribun : Setelah ada Satgas Mafia ini, ada harapan?

HP : Harapan ada. Organisasi PSSI ini grafiknya terus naik. Saya menghormati adanya satgas mafia bola dari pihak kepolisian. Tapi, jika masuk ranah pidana murninya saja, saya tidak yakin, mereka yang menjadi tersangka, tidak main lagi setelah keluar.

Ada saja generasinya karena seberat-beratnya hukum negara, lebih berat hukum olahraga. Apa artinya? Federasi juga harus ikut andil untuk menghukum mereka dengan cara tidak boleh menyentuh bola seumur hidup misalnya, atau tidak boleh masuk ke stadion.

Bayangkan? Satu hal yang mereka sangat sukai, tidak boleh lagi dilakukan? Kejam memang ini. Nah, ini yang harus dilakukan untuk mengatasi pengaturan skor. (amriyono)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved