Pemilu 2019
Djarot: Bung Karno Terus Hidupi Warga Blitar
Hasto dan Djarot jadi rebutan warga Blitar untuk foto bersama dalam rangkaian acara Safari Kebangsaan.
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Mantan Walikota Blitar dan Gubernur Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berada di Lapangan parkir bus menuju Kompleks Makam Bung Karno, di Kota Blitar.
Keduanya melihat puluhan kios yang mayoritas baju dan celana yang dijual motif Bung Karno.
Kalau tidak gambar Bung Karno, ya kata-kata bersejarah yang pernah disampaikan Putra Sang Fajar.
Hasto dan Djarot tentu menjadi rebutan warga yang ada di sana. Rebutan untuk menyapa, salaman, dan berfoto bersama.
Bagi Djarot, ke tempat itu terasa istimewa karena dialah yang membangun lapangan parkir itu saat masih menjabat di tahun 2003.
"Dulu tempat ini adalah kantor kecamatan. Lalu saya pindah kantornya, supaya tempat ini menjadi lahan parkir sekaligus pedagang ditata berjualan di dalam kios," beber Djarot, Selasa (20/11).
Djarot bersama Hasto dan rombongan berziarah ke makam Bung Karno sebelum meninjau kompleks parkiran yang dibangun di era Djarot sebagai walikota.
Dia mempercantik tempat itu dengan sejumlah pohon yang ditanam teratur. Kini, pohon-pohon itu telah berusia 15 tahun. Tinggi dan rindah, sehingga meneduhi tempat itu dari panasnya matahari.
"Itu pohon trembesi. Yang itu juga," kata Djarot sambil menunjuk sejumlah pohon.
Jarak lapangan parkir ke lokasi makam Soekarno itu sekitar 500 meter. Diceritakan Djarot, bila pengunjung ingin berjalan kaki, dipersilahkan.
Bila tidak, armada becak sudah diatur. Ongkosnya ditetapkan Rp15 ribu sekali jalan. Warga yang berprofesi sebagai penarik becak pun bisa hidup.
"Jadi kalau warga bilang Bung Karno 'menghidupi' ya memang benar. Bung Karno memang secara fisik sudah wafat. Tapi betul-betul bisa menghidupi warga Blitar raya. Karena setiap tahun, bisa jutaan orang yang datang ke Blitar," kata Djarot.
Bahkan, kata Djarot, kini berbagai tradisi kebudayaan Jawa, yang menyatukan seluruh sejarah peradaban Singosari, Majapahit, hingga Mataraman berkembang dengan baik.
“Gerak kebudayaan ini menggelorakan kembali kebanggaan sebagai bangsa yang bermartabat dan berkepribadian karena tradisi kebudayaannya,” kata Hasto menambahkan.
Djarot juga mengingat, saat pertama menjabat Walikota Blitar pada tahun 2000, oleh rejim Orde Baru, makam Bung Karno ditutup dengan kaca tebal tahan peluru. Olehnya, kaca itu dibongkar demi mendekatkan Bung Karno dengan rakyatnya.