Sabtu, 4 Oktober 2025

Soal Data Beras, Sekjen Kementan: Kami Dukung BPS

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengeluarkan data produksi beras nasional.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Sekjen Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Walaupun terdapat perbedaan data, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro mengaku senang dan mengapresiasi peluncuran data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS).

Syukur mengatakan BPS merupakan satu-satunya lembaga yang diakui undang-undang sebagai referensi acuan data nasional.

"Kami mendukung perubahan metode penghitungan mengenai beras nasional yang dilakukan BPS. Pada intinya, beras kita masih surplus," ucap Syukur di Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA) Kementan, Jalan RM Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (24/10/2018).

Mengacu perhitungan metode terbaru BPS, didapatkan data bahwa produksi beras nasional pada 2018 dalam kondisi surplus 2,8 juta ton.

Surplus beras itu, lanjut Syukur, krusial mengingat populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Kondisi di lapangan, harga pangan termasuk beras relatif stabil. Tidak ada gejolak," jelasnya.

Ia menambahkan, Kementan tak pernah mengeluarkan data apa pun terkait hasil pangan.

"Data itu selalu mengacu pada perhitungan BPS. Fokus Kementan hanya menanam untuk mencapai kesejahteraan pangan," pungkasnya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengeluarkan data produksi beras nasional.

Berdasarkan data terbaru BPS, dengan metode kerangka sampel area (KSA), luas baku sawah berkurang dari 7,75 juta hektar (ha) pada 2013 menjadi 7,1 juta ha pada 2018.

Potensi luas panen pada 2018 mencapai 10,9 juta ha, sementara proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan) adalah 15,5 juta ha.

Perbedaan data juga terjadi pada produksi beras. Data BPS menyebut, produksi gabah kering giling (GKG) pada 2018 sebesar 56,54 juta ton atau setara 32,42 juta ton beras, sementara proyeksi Kementan 83,3 juta ton GKG atau setara 48 juta ton beras.

"Kami menggunakan sebuah metode yang namanya kerangka sampel area. Ini merupakan inovasi yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan sudah mendapat penghargaan dari LIPI," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (23/10/2018).(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved