Pilpres 2019
Politikus Demokrat Akui Ada Efek Kasus Hoaks Ratna ke Elektabilitas Prabowo-Sandi Tapi Tak Lama
"Kami merasa bahwa efek Ratna Sarumpaet memang tentu ada," ujar Ketua Divisi ., Selasa (23/
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyadari adanya dampak negatif hoaks Ratna Sarumpaet terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02.
Apalagi, menurut Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Ferdinand Hutahaean, ada upaya sejumlah pihak terkesan memaksakan hoaks Ratna Sarumpaet merupakan kebohongan sistematis kubu Prabowo-Sandi.
"Kami merasa bahwa efek Ratna Sarumpaet memang tentu ada," ujar Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat ini kepada Tribunnews.com, Selasa (23/10/2018).
Padahal kata Ferdinand, bukan demikian.
Baca: Atiqah Hasiholan Dipanggil Polisi Untuk Klarifikasi Foto Ratna Sarumpaet
Bahkan, tim Prabowo-Sandi menurut dia, menjadi korban atas kebohongan Ratna Sarumpaet.
Namun demikian, dia melihat efek negatif tersebut tidak akan lama dan hanya sebentar karena isu kemudian cepat berganti.
"Justru sekarang publik lebih ingin memgetahui tentang divestasi Freeport, Esemka dan Meikarta yang pada awalnya terkesan dikomunikasikan sudah beres dan tidak ada masalah," jelasnya.
"Jadi kami tidak merasa terganggu dengan isu Ratna," ucapnya.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman memaparkan bahwa efek dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet berimbas kepada sentimen negatif bagi pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Sebanyak 17,9 persen responden memilih lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi, sementara 11,6 persen lebih mendukung, 49,8 persen mengtakan sama saja, dan 20,7 persen menjawab tidak tahu," ujar Ikrama di Graha Rajawali, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018).
Ikrama melanjutkan, bagi kubu Jokowi-Ma'ruf, kasus hoaks Ratna Sarumpaet memberikan sentimen positif.
"Persentasenya sebanyak 25 persen lebih mendukung Jokowi-Ma'ruf, 48,8 persen tetap mendukung, 6,6 persen lebih tidak mendukung, dan 19,6 persen tidak tahu," tambahnya.
Adapun hoaks baik itu Ratna Sarumpaet ataupun hoaks yang lain, dikatakan Ikrama, tidak disukai oleh masyarakat.
"Sebesar 75 persen publik menyatakan kekhawatiran mereka terkait hoaks secara umum, dan untuk kasus Ratna Sarumpaet, terbukti sebanyak 89,5 persen responden menyatakan tidak suka," pungkasnya.
Atas hal itu pula, Ikrama Masloman menyatakan pasangan Jokowi-Ma'ruf masih unggul ketimbang pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Pada survei Oktober 2018, Jokowi-Ma'ruf memeroleh presentase 57,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 28,6 persen," ujarnya.
Hasil tersebut, dikatakan Ikrama, sejalan dengan tren dukungan bagi keduanya, meskipun tidak terlalu siginifikan
"Tren dukungan pasangan Jokowi-Ma'ruf meningkat 4,5 persen dari bulan September sebesar 53,2 persen," tambahnya
Sementara bagi pasangan Prabowo-Sandiaga, dikatakan Ikrama, pasca kasus hoaks Ratna Sarumpaet, tren dukungan cenderung menurun.
"Ada penurunan 0,6 persen dari bulan September sebesar 29,2 persen," tambahnya.
Survei LSI Denny JA ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar +/- 2,9 persen yang dilaksanakan pada 10-19 Oktober 2018 di seluruh Indonesia dengan responden 1.200 orang.