Hashim Sempat Heran Prabowo Peduli pada Masalah Stunting
Hashim Djojohadikusumo bercerita mengenai kepedulian kakaknya, Prabowo Subianto pada masalah stunting di Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo bercerita mengenai kepedulian kakaknya, Prabowo Subianto pada masalah stunting di Indonesia.
Pada saat ia masih tinggal di London, Inggris 2006 silam, Prabowo memanggilnya untuk berdiskusi.
Ternyata topik yang didiskusikan adalan masalah stunting. Hashim sempat heran, kakaknya memberi perhatian khusus pada masalah tersebut.
"Saya kaget, Prabowo, Jenderal yang sudah saya kenal dari kecil, kini peduli pada masalah stunting," kata Hashim saat berkunjung ke redaksi Tribunnews, di Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis, (18/10/2018).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Hashim mengatakan pada saat itu ia sama sekali tidak tahu mengenai masalah stunting. Ia baru paham saat Prabowo menceritakan keprihatinannya mengenai banyaknya anak penderita stunting di Indonesia.
"Dia (Prabowo) jelaskan, dia prihatin, waktu itu menjabat ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI). Dia lihat banyak anak anak Indonesia pendek- pendek, rambutnya warna pirang, bukan karena pemain bola asing, tapi karena kurang gizi," katanya.
Pada saat itu kata Hashim jumlah anak penderita stunting di Indonesia berdasarkan data Bank Dunia mencapai 30 persen. 10 tahun kemudian jumlahnya bertambah menjadi 38 persen. Para anak stunting tersebut menurut Hashim berasal dari keluarga yang kurang mampu.
"Anak anak ini datang dari keluraga miskin, orang tuanya tidak mampu memberikan makanan yang layak, seimbang. Mereka tidak mampu memberikan susu, sayuran, telor dan ikan," katanya.
Setelah dipelajari menurut Hashim salah satu masalahnya adalah kurangnya asupan susu.
Oleh karena itu Prabowo menjiplak program koperasi susu yang pernah dibuat di india pada 1950 oleh Dr Verghese Kuriyen. Prabowo mengadaptasi program koperasi susu tersebut untuk menanggulangi masalah stunting.
Keseriusan terhadap penaganan masalah stunting, karena 10 sampai 15 tahun lagi para anak stunting tersebut akan memasuki usia produktif. Sehingga menurutnya percuma bila pemerintah saat ini menggalakan Industri 4.0 tetapi masalah stunting tidak diselesaikan.
"Percuma kita punya program industri atau ekonomi apapun, karena anak anak yang nanti masuk usia produktif, tidak bisa belajar karena tidak adanya asupan gizi," katanya.
Hashim menyayangkan pemerintah saat ini tidak menempatkan masalah stunting sebagai prioritas. Padahal menurutnya hal tersebut menyangku masa depan Indonesia.