Minggu, 5 Oktober 2025

Mengintip Geliat Bisnis di Kota Palu pasca-Gempa

Perekonomian Kota Palu, Sulawesi Tengah, lumpuh setelah gempa, tsunami, dan likuefaksi terjadi, Jumat (28/9/2018).

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Yanuar Nurcholis Majid
Salah toko modern yang sudah buka di Palu, Sulteng. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid

TRIBUNNEWS.COM, PALU - Perekonomian Kota Palu, Sulawesi Tengah, lumpuh setelah gempa, tsunami, dan likuefaksi terjadi, Jumat (28/9/2018).

Hingga Sabtu (13/10/2018), banyak lokasi usaha mulai dari pertokoan, pasar tradisional, hingga pasar modern masih tutup.

Termasuk kafe dan sejumlah rumah makan.

Banyak pemilik yang masih menghalangi tokonya dengan kayu.

Baca: Banjir Genangi Pasaman Barat, 500 Warga Mengungsi

Ada pula toko yang bangunannya roboh dan seakan tidak diurus kembali oleh pemiliknya.

Namun, pelan-pelan masyarakat Kota Palu kembali membangun sistem perekonomian di sana.

Praktik jual beli hingga penyediaan jasa pun sedikit-sedikit sudah mulai bangkit.

Salah satunya kafe di kawasan terdekat Pantai Talise yang sebelumnya luluhlantah diterjang tsunami.

Dimana tidak jauh dari sana, tampak kondisi jembatan kuning penghubung Palu Barat dan Timur yang ambruk tak tersisa.

Baca: Masuk Penjara hingga Ibunda Tiada, Deretan Ujian Berat yang Menimpa Roro Fitria

Sang pemilik kafe, Andry Alfian menyampaikan, sejak Sabtu 13 Oktober dia membuat kafenya siap dikunjungi masyarakat.

Tanda bertuliskan 'Open' terpajang di depan pintu masuk.

"Kita coba dengan minuman, kalo makannan menyusul mungkin," ujar Andry saat berbincang dengan Tribunnews.com, Senin (15/10/2018).

Ayah tiga anak itu pun berupaya memotivasi para pegawainya yang rata-rata menjadi saksi hidup dari dahsyatnya bencana yang terjadi di Kota Palu tersebut.

Baca: OTT di Bekasi: KPK Kembali Temukan Uang Rp 500 Juta Sebagai Barang Bukti

"Beberapa jauh dari rumah, tidak tahu mau apalagi setelah ini. Perlu dirangkul agar bisa sama-sama," tutur Andry.

Memiliki lima kafe yang tersebar di seluruh Kota Palu, Andry menyebut empat di antaranya hancur akibat gempa.

Bahkan, alat-alat seperti mesin kopi dan pembuat es krim pun sempat dijarah warga.

Saat gempa dan tsunami terjadi, Ia menceritakan sang istri sedang mengelola kafe yang kini masih berdiri.

Sementara dia mengerjakan proyek di kawasan yang terbilang jauh dari lokasi sang istri.

"Sudah tegar, saya, tapi air mata keluar sendirinya. Saya terobos lawan arah bawa mobil jemput istri. Sepanjang jalan zikir dan saya pikir ini kiamat," ujar Andri.

Bersyukur Andri para pegawai dan keluarga seluruhnya selamat dari maut.

Kini dia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk kembali lagi saling membantu dan membangun usaha dari nol.

"Ini kuasa Tuhan, kita cuma bisa pasrah saja. Mau kemana lagi. Kalau gempa kita bisa menghindari bangunan, tsunami kita naik ke perbukitan, kalau tanah ambles mau kemana? BMKG bilang seluruh Palu berpotensi likuefaksi. Berserah saja dan kembali bangun hidup," ungkapnya.

Sementara di kawasan Jalan Banteng, saat ini pada malam hari sejumlah kios menjajakan daging, ikan, sayur, dan buah dalam jumlah besar.

Toko ponsel satu persatu pun terlihat juga melayani pelanggan.

Salah satu pasar modern pun sudah menjajahkan dagangannya dengan prosedur tertentu.

Dimana pelanggan harus menyediakan daftar belanjaan yang hendak dibeli secara rinci ke petugas.

Nantinya, pegawai akan masuk ke dalam toko dan mencarikan pesanan pembeli di dalam untuk kemudian dibayarkan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved