Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilpres 2019

Pengamat Sebut Prabowo dan Jokowi Harus Pilih Cawapres yang Punya Magnet Terhadap Umat Islam

"Sekarang posisi ulama semakin kuat, dan ini juga perlu dipertimbangkan juga untuk prioritas cawapres,"

Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Ilham Rian Pratama
Diskusi bertema Pilpres, Ijtima Ulama dan Kepemimpinan Islam di Sekretariat SAMAWI, Jalan Yusuf Adiwinata, Menteng, Jakarta, Minggu (5/8/2018) 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Pengamat Politik sekaligus Direktur Presidential Studies DECODE UGM Nyarwi Ahmad mengatakan kubu Prabowo Subianto berada dalam posisi sulit dalam menentukan nama calon wakil presidennya.

Terlebih dengan adanya rekomendasi Ijtima Ulama yang menawarkan dua nama calon wakil presiden bagi Prabowo, yakni Ketua Majelis Syuro PKS Salim Seggaf Al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad.

Baca: Gempa Bumi di Lombok Bepotensi Tsunami, BNPB Imbau Warga Cari Tempat Aman

Kemudian di lain pihak, Partai Demokrat memiliki AHY yang juga dipertimbangkan Prabowo menjadi cawapresnya.

"Sebagai gerakan islam populisme, Ijtima Ulama itu pressure group juga bagi Prabowo," ujar Nyarwi dalam diskusi Pilpres, Ijtima Ulama, dan Kepemimpinan Dalam Islam di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/8/2018).

Nyarwi mengatakan Ijtima Ulama berasosiasi dengan kelompok elite yang mewakili gerakan populisme islam.

Baca: Politikus PKB: Jokowi Hati-hati, Kalau Tidak Kreatif Nanti Tidak Terpilih

"Maka, siapa pun yang gagal menentukan cawapres, terutama yang punya daya magnetik ke kalangan kelompok islam, punya potensi kalah dalam Pilpres," tambahnya.

Itu dikarenakan, ujar Nyarwi, islam di Indonesia sangat dominan, apalagi diiiringi dengan narasi populisme islam yang sedang menguat.

Hal serupa pun terjadi pada kubu petahana, Jokowi.

"Sekarang posisi ulama semakin kuat, dan ini juga perlu dipertimbangkan juga untuk prioritas cawapres," katanya.

Baca: Soal Pidato Jokowi, Roy Suryo: Presiden Harus Bijak Memilih Diksi

Dengan adanya kaitan antara simbolisasi ulama dan narasi populisme islam yang menguat, maka kinerja partai akan semakin ringan.

"Maka itu, dua-duanya menurut saya harus kerja keras dalam memilih cawapres dalam kaitannya yang punya magnet ke kalangan umat islam," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved