Pilpres 2019
Dianggap Terlalu Berambisi AHY Cawapres, SBY Disarankan Teladani Sikap Megawati
Ia mengatakan, Megawati tidak memaksakan putrinya, Puan Maharani untuk maju di Pilpres 2019. Padahal, PDI Perjuangan menjadi partai pemenang pemilu
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang menarik dari acara Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta hari ini, yakni Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF) Ustadz Yusuf Muhammad Martak meminta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk "meneladani" sikap Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Ia mengatakan, Megawati tidak memaksakan putrinya, Puan Maharani untuk maju di Pilpres 2019. Padahal, PDI Perjuangan menjadi partai pemenang pemilu.
Baca: Ali Mochtar Ngabalin: Begitu Prabowo Bilang Maju, Apapun yang Terjadi Dia akan Siap
Hal itu, lanjutnya, hendaknya juga dicontoh oleh SBY yang dianggap sejumlah pihak terlalu "ambisi" dan "ngotot" memaksakan sang putra Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) harus menjadi cawapres.
"Seperti saya lihat Megawati, enggak lihat Puan harga mati karena sekali lagi semua ada ukurannya, setiap motor, setiap mesin kan harus dilihat kemampuannya, nanti takut AHY engga maksimal di tengah jalan," ujar Yusuf, di Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Senada dengan itu, pengamat komunikasi politik Ari Junaedi melihat faktor AHY harus dipatok jadi cawapres, menjadikan SBY dan Demokrat blunder.
"SBY tidak realistis menawarkan AHY harus jadi calon RI-2 karena akan menimbulkan resistensi saat penjajagan dan penawaran ke kedua kubu. Kubu koalisi pendukung Jokowi tentu harus menghormati kesepakatan para partai politik yang mendukungnya sejak awal. Apalagi Demokrat baru "akan" menjadi bagian koalisi Jokowi," ucap Ari, Sabtu (28/7/2018).
"Sebaliknya, di kubu oposisi tawaran SBY tentu akan "ditentang" PKS dan PAN. Dua sekondang setia Gerindra ini sudah lama menyiapkan calon pendamping untuk Prabowo. Andai saya jadi SBY, pasti tawaran menteri untuk AHY dari Jokowi akan saya terima dari pada AHY batal jadi cawapres di kubu Prabowo," imbuh Ari Junaedi.
Baca: Ganjar Pranowo hingga Budi Karya Ramaikan Deklarasi Komunitas Blusukan Jkw
Menurut pembimbing disertasi S3 di Universitas Padjadjaran ini, SBY selalu menggunakan pola "semua salah Megawati".
Padahal kebuntuan berkoalisi dengan Jokowi lebih disebabkan karena "faktor" ayah yang sangat terlalu sayang anak tanpa mempertimbangkan realitas politik yang ada.