Pilpres 2019
Sosok Teknokrat Dinilai Sangat Cocok Dampingi Jokowi di Pilpres 2019
Cawapres pendamping Joko Widodo hendaklah orang yang mampu melengkapi Jokowi dan sesuai dengan kehendak masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendamping Joko Widodo hendaklah orang yang mampu melengkapi Jokowi dan sesuai dengan kehendak masyarakat.
Saat ini masyarakat berharap ada perbaikan ekonomi pada kepemimpinan Jokowi ke depan, sehingga sosok teknokrat yang memiliki kemampuan mampu menelurkan solusi kebijakan ekonomi strategis yang sangat dibutuhkan.
“Sosok teknokrat sangat cocok untuk mendampingi Pak Jokowi pada pilpres mendatang, tentu dari nama-nama yang sudah muncul saat ini bisa diinventarisir saat ini,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina, DR Luthfi Assyaukanie di Jakarta, Senin (2/7/2018).
Namun demikian, lanjut Luthfi selain tokoh teknokrat, dukungan partai tentu sangat dibutuhkan Jokowi dan tentu kriteria itu akan melihat situasi politik yang berkembang nanti.
“Meski pemilihan cawapres tergantung Pak Jokowi, tapi yang terpenting bagaimana Pak Jokowi nyaman dengan cawapresnya, bisa bekerja sama, kapabel mendukung kerja-kerja presiden dan bisa menambah elektabilitas Jokowi dalam pilpres, dan saya kira itu semua ada pada sosok Airlangga Hartarto,” ungkapnya.
“Itu artinya selain sosok teknokrat, salah satu yang perlu dipertimbangkan cawapresJokowi harus memiliki kemampuan politik pada sosok teknokrat misalnya Pak Airlangga sendiri masuk kategori teknokrat,” lanjutnya.
Oleh karena itu, kata Luthfi, Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar itu merupakan orang yang bisa diajak kerja sama oleh Jokowi karena posisinya sebagai Menteri Perindustrian dan mampu merangkul partai-partai pendukung Jokowi, terlebih Airlangga adalah calon yang possible untuk digandeng Jokowi di pilpres 2019.
“Airlangga ketum partai, seorang teknokrat dan dekat dengan semua kalangan. Airlangga adalah kombinasi yang bagus dan lengkap. Apalagi sebagai ketua parpol besar, sebagai pekerja professional, Jokowi nampaknya sudah nyaman dengan Airlangga. Kalau tokoh lain mungkin hanya memiliki satu aspek saja, sedangkan Airlangga lengkap dan Jokowi nampak nyaman dengan keberadaannya,” bebernya.
Terkait komposisi Jawa dengan non Jawa, Luthfi menjelaskan, aspek kesukuan dalam pilpres sebenarnya tidak signifikan.
“Dulu Pak SBY bersama Boediono, Jawa dan Jawa toh menang juga, tidak ada masalah kalau masyarakat menerima dan lagi pula kalau dari aspek agama, keduanya baik Jokowi dan Airlangga tidak ada masalah dengan keislaman mereka,” paparnya.
Meski demikian, lanjut Luthfi, selain melakukan silaturahmi politik yang dilakukan Airlangga ke parpol pendukung Jokowi. Hendaknya gerakan yang sama dilakukan oleh pengurus Partai Golkar lainnya baik di tingkat pusat maupun daerah.
“Apa yang dilakukan Airlangga menyambangi parpol pendukung Jokowi adalah hal yang bagus, tapi itu harusnya juga dilakukan teman-teman Golkar dalam melakukan lobby politik kepada parpol lainnya,” harapnya.
Jika seluruh pengurus bergerak bersamaan dalam memperkuat ketokohan Airlangga Hartarto dengan silaturahmi politik, maka kemungkinan besar calon wakil Jokowi akan jatuh kepada Airlangga Hartarto.
“Hubungan Airlangga dengan tokoh ketua partai dan tokoh masyarakat cukup baik, jika semua kader Golkar bergerak, maka bisa jadi Jokowi ambil Airlangga sebagai cawapresnya,” jelasnya.
Apalagi, kata Luthfi, kemenangan Partai Golkar di pilkada tentu bisa jadi modal besar dan para kepala daerah yang menang itu nanti akan menjadi penggerak dalam memenangkan Jokowi dalam pilpres nanti.
“Harus diakui Partai Golkar memenangkan banyak pilkada, maka sangat wajar kalau Pak Jokowi sangat dekat dengan Golkar terutama Airlangga dan partai pendukung lainnya seperti PPP, PKB, PAN dan lainnya karena dukungan dari PDIP dianggap tidak save, sebab dukungan parpol besar seperti Golkar sangat penting bagi Jokowi dalam pilpres,” terangnya.