Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilpres 2019

Menimbang Calon Presiden Alternatif Selain Jokowi dan Prabowo

Dua nama kuat diprediksi akan kembali bertarung dalam Pilpres 2019, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Editor: Adi Suhendi
Kolase/TribunWow
Jokowi dan Prabowo 

 Laporan wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua nama kuat diprediksi akan kembali bertarung dalam Pilpres 2019, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Keduanya diprediksi akan mengulang Pilpres tahun 2014 lalu.

Namun di tengah riuh rendahnya persaingan dua kubu tersebut, publik sepertinya ingin mendorong adanya kandidat alternatif selain Jokowi dan Prabowo.

Keinginan publik atas munculnya calon alternatif terlihat dari adanya hashtag #2019GantiPresiden.

Baca: Tipu Calon Polisi Rp 85 Juta, Tiga Pemuda Diringkus Polda NTT

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono mengatakan ada beberapa nama kandidat alternatif yang menguat.

Diantaranya ada nama eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Gatot memiliki modal sebagai mantan Panglima TNI, sementara Anies cukup banyak yang bisa dijual selama menjabat Gubernur DKI Jakarta," ujar Zaenal dalam pernyataannya, Senin(11/6/2018) malam.

Lalu siapa yang paling berpeluang diantara keduanya?

Baca: Hengkang Dari Partai Golkar, Titiek Soeharto Akan Jadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya

Zaenal mengatakan keduanya dinilai mampu memanfaatkan media secara baik yang pada akhirnya menghasilkan dampak elektoral.

Namun, semakin kesini, demokrasi media tak hanya menjual kemasan (pencitraan), sebaliknya masyarakat mulai menuntut substansi.

Setidaknya itu yang terlihat pada Pilgub DKI Jakarta 2017, dimana debat menjadi titik tolak meroketnya elektabilitas Anies Baswedan, setelah selalu tertinggal dari Ahok dalam beberapa bulan sebelumnya.

Dalam Pilpres 2019, lanjut Zaenal, debat masih akan memberi pengaruh signifikan terhadap elektabilitas kandidat.

Dalam kasus Gatot vs Anies, tanpa mengecilkan kemampuan debat Gatot, tampaknya Anies sedikit lebih unggul.

Baca: Tommy Soeharto: Kehadiran Titiek Jadi Sumber Semangat Baru Bagi Partai Berkarya

Rekam jejak Anies di dunia aktivis, akademisi hingga politisi dan birokrat sangat dekat dengan tradisi debat.

Sementara Gatot dengan latar belakang militer justru lebih dekat dengan tradisi komando.

"Kesimpulannya, sebagai aktivis Anies sedikit diuntungkan dengan sistem pemilihan langsung," ujar Zaenal.

Dosen Fisip Universitas Al Azhar Indonesia juga menjelaskan tidak hanya dalam konteks demokrasi media, kinerja Anies selama memimpin Jakarta juga tak bisa dipandang sebelah mata.

Ia bahkan sudah menyamai keberanian Ahok dalam menantang pemain-pemain lama di ibukota.

Mulai dari menutup Alexis, menginvestigasi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, hingga menghentikan proyek ratusan triliun, reklamasi teluk Jakarta.

Semuanya kata Zaenal adalah kasus-kasus raksasa yang tak mudah dilakukan oleh pemimpin kelas medioker.

Sementara Gatot bukan tidak punya prestasi selama di Panglima TNI, namun sejauh ini tidak ada yang benar-benar monumental dan membekas di benak publik.

"Saya sebenarnya sangat tertarik dengan strategi pertahanan ala Pak Gatot yang berbasis perang memperebutkan sumber pangan dan proxy war. Ini merupakan pemikiran beyond military yang luar biasa. Namun konsep besar tersebut sepertinya belum tuntas dijalankan saat Gatot di pucuk pimpinan TNI," ujar Zaenal

Akhirnya menurut Zaenal dengan berbagai variabel di atas, peluang Anies sedikit lebih besar untuk menang di era demokrasi media seperti sekarang ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved