Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Tsamara Amany Buka Suara soal Kritikannya pada Gatot Nurmantyo: Ini Bentuk Kepedulian Saya

Ia juga mengungkapkan bahwa lebih baik rumah ibadah tidak dijadikan ajang untuk menyampaikan pernyataan politik.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUN/DANY PERMANA
Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menyambangi redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (27/3/2018). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany angkat bicara soal kritikannya kepada Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Diketahui, Gatot Nurmantyo sempat mengusu sebuah acara di Universitas Gadjah Mada (UGM) bertemakan 'Menjaga Perdamaian dan Kesatuan Bangsa Indonesia' pada Jumat (4/5/2018).

Dalam kesempatan itu Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa dirinya merasa sakit hati jika masjid dilarang dijadikan tempat untuk membahas politik.

BACA: Oesman Sapta Nilai Gerakan #2019GantiPresiden Nggak Benar Karena Belum Waktunya Ganti Presiden

Karena, menurutnya, Rasulullah pun membicarakan politik pemerintahan di taudah dan Masjid Nabawi.

Ia juga berpendapat, bahwa yang seharusnya dilarang itu adalah pembahasan yang mengarah ke adu domba, mengajak yang tidak benar, dan bukan yang bicara politik.

Tak hanya itu, Gatot juga menyampaikan bahwa membahas politik itu memiliki tujuan yang mulia namu sering disalahartikan.

Hal inilah yang membuat Tsamara Amany memberikan kritikan dan tanggapannya untuk Gatot Nurmantyo.

Tsamara Amany menjelaskan bahwa ada wilayah yang seharusnya diposisikan di atas kepentingan politik.

Kritikannya tersebut pada awalnya ia sampaikan di akun Twitter pribadinya di hari yang sama saat acara tersebut berlangsung.

Kritikan Tsamary Amany
Kritikan Tsamara Amany (Twitter)

Saat dihubungi tim Tribunnews.com pada Senin (7/5/2018), Tsamary Amany pun memberikan penjelasannya kembali.

Menurut Tsamara, tidak semua tempat bisa dijadikan wadah untuk melakukan politik praktis.

“Ada wilayah masyarakat sipil yang (diletakkan) di atas (kepentingan) politik seperti tempat ibadah, jangan dilihat semuanya harus dikaitkan pada politik praktis," ujar Tsamara, dalam keterangan tertulisnya.

Tsamary mengatakan, bahwa masjid memang merupakan rumah ibadah milik seluruh umat Muslim.

Ia juga mengungkapkan bahwa lebih baik rumah ibadah tidak dijadikan ajang untuk menyampaikan pernyataan politik.

"Masjid itu milik semua, apapun pilihan politiknya (harus dilihat) ini tempat suci yang tak boleh direndahkan hanya sebatas politik partisan,” tegas Tsamara.

Tsamara juga membeberkan dampak apabila nantinya semua orang bicara politik praktis di masjid.

Ia berpendapat bahwa hal tersebut nantinya akan bisa memecah belah masyarakat.

Karena setiap orang memiliki beragam pilihan politik.

"Memecah belah masyarakat. Orang punya beragam pilihan politik dan mereka semua berkumpul di masjid untuk beribadah kepada Tuhan," ungkapnya kepada Tribunnews.com.

"Masa iya tempat suci yang jauh di atas politik mau direndahkan sebatas politik partisan. Masjid tidak boleh dipakai untuk bicara pemenangan partai politik tertentu atau kandidat tertentu. Kalu bicara soal politik bangsa seperti pentingnya korupsi, tidak apa-apa," jelasnya.

Ia juga merasa tidak takut ketika yang ia kritisi adalah seorang mantan Panglima TNI.

"Mengapa harus takut? Kita hidup di alam demokrasi di mana kita bebas mengkritik siapapun. Yang penting kritik fokusnya kepada substansi, bukan serangan personal. Selama fokus pada substansi, tidak ada yang salah,"

"Apalagi Pak Gatot sebagai mantan Panglima TNI yang saya yakini mencintai Indonesia pasti akan terbuka menerima kritik," jelas Tsamara.

Saat kritikannya kepada Gatot Nurmantyo disebut sebagai ajang mencari sensasi, Tsamary pun menampiknya.

Ia hanya ingin mengungkapkan pendapatnya saja.

"Saya berkomentar untuk mengemukakan pendapat saya. Saya menganggap harus dibedakan antara bicara politik praktis dan politik kebangsaan, apalagi dilakukannya di dalam masjid. Ini bentuk kepedulian saya sebagai warga negara dan anak muda yang ingin masjid steril dari politik partisan," tandasnya.

VIRAL: Usung Gatot-AHY, Demokrat Dorong Koalisi Poros Ketiga di Luar Jokowi dan Prabowo

"Apa iya berpendapat dan mengkritik kini dikategorikan sebagai mencari sensasi? Jujur itu membingungkan untuk saya," ujar Tsamara menutup percakapan.

(Tribunnews.com/Natalia Bulan Retno Palupi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved