Minggu, 5 Oktober 2025

Polri Didesak Tangkap Aktor di Balik Pabrik Konten Hoaks 'The Family Muslim Cyber Army'

Senin (26/2/2018), aparat menangkap kelompok The Family Muslim Cyber Army (MCA), penyebar isu hoaks dan isu SARA.

Daily Mail/Caliphate Cyber Army
Caliphate Cyber Army 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti intelijen Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib mengapresiasi kerja Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri bersama Direktorat Keamanan Khusus Badan Intelijen Keamanan mengungkap sindikat penyebar isu-isu provokatif dan hoax di media sosial.

Senin (26/2/2018), aparat menangkap kelompok The Family Muslim Cyber Army (MCA), penyebar isu hoaks dan isu SARA.

Penangkapan dilakukan di beberapa tempat  yang anggotanya tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Menurut Ridlwan Habib, penangkapan ini baru ujung dari sebuah gunung es.

"MCA itu organisasi yang sangat cair. Ada banyak sekali grup yang memakai nama MCA dan beroperasi secara kompartementasi atau sel terpisah, " ujar Direktur Monitoring Solo8 Centre ini kepada Tribunnews.com, Selasa (27/2/2018).

Baca: Hoax Penganiayaan Ulama dan PKI Ternyata Ulah Kelompok Muslim Cyber Army

Ridlwan menilai pengungkapan "Family Group MCA" akan membuka gunung es sindikasi berita hoax dan ujaran kebencian di Indonesia.

"Dalang utamanya, pabrik narasinya harus ditangkap. Penyebar hoax biasanya tidak sadar ketika berbagi konten yang ternyata isinya fitnah," kata Ridlwan.

Di beberapa grup Whatssapp yang terindikasi menyebarkan hoax, selalu ada pemasok narasi.

"Siapa yang memposting pertama, darimana asal usul info hoax itu yang harus segera dikejar, " jelasnya.

Dari beberapa pelaku yang sudah ditangkap sebelumnya, rata rata mereka mengaku tidak membuat sendiri konten hoax dan fitnah.

"Tapi sudah ada yang membuatkan, yang kemudian setelah dilempar, yang membuat ini mematikan nomornya atau berganti nomor, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Narasi hoax dibangun seragam. Lazimnya adalah isu isu yang selalu terkait dengan politik, terutama menyerang pemerintah dengan bumbu bumbu kata yang seolah olah heroik.

Ini disebut sebagai black propaganda.

"Teknik melempar desas desus ini klasik, dulu sebelum ada media sosial desas desus disebar dengan selebaran, dengan obrolan warung ke warung, sekarang lewat whatssap, " ujarnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved