Indahnya Bekas Markas Jenderal Mac Arthur di Kawasan Kodam XVII Cenderawasih
Bekas markasnya itu kini menjadi lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan karena memang indah serta mendapat pengetahuan sejarah soal Jenderal Mac Art
Laporan wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Siapa sangka, di kawasan Kodam XVII Cenderawasih terdapat Bukit Mac Arthur, nama seorang jenderal besar asal Amerika Serikat yang pernah menginjakkan kakinya di tanah Papua.
Jenderal Mac Arthur dan Mayjen HH Fuler mendarat di Pantai Hamadi Hollandia (Jayapura) pada 26 April 1944 setelah pasukan Sekutu mengalahkan Pasukan Jepang di Hollandia, sekarang Jayapura dikenal dengan operation Reckless.
Bekas markasnya itu kini menjadi lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan karena memang indah serta mendapat pengetahuan sejarah soal Jenderal Mac Arthur.
Di bukit inilah, sang jenderal tinggal sambil mempersiapkan pasukan.
Pilihan Jenderal Mac Arthur memilih lokasi tersebut menjadi markas karena memang berada di ketinggian sehingga mudah memantau situasi sekitar, termasuk pergerakan musuh.

Di kawasan bukit Mac Arthur ada bangunan kecil yang memamerkan bukti-bukti sejarah berupa foto-foto lama lengkap dengan penjelasan bagaimana aktivitas sang jenderal selama di Papua.
Ada pula sebuah tugu yang unik berwarna hitam dan kuning berdiri tegak di tengah-tengah kawasan.
Tugu ini dibangun oleh tentara Sekutu pada tahun 1942 sebagai bukti pendaratan tentara Sekutu pada Perang dunia ke 2 di daerah tersebut.
Pada saat itu terjadi, pendaratan besar-besaran bala tentara sekutu menggunakan kapal tempur yang dilengkapi dengan tank serta pelengkapan perang. Sisa-sisa tank pun masih ada namun hancur termakan usia.
Puas melihat-lihat sejarah sang jenderal, kita bisa bergeser ke sisi lain melihat pemandangan yang luar biasa indah.
Di kejauhan, terlihat danau Sentani terhampar luas.

Ada pula bukit-bukit di sisi-sisinya.
Selanjutnya, ada landasan Bandara Sentani.
Disana terlihat jelas bagaimana aktifitas pesawat terbang mendarat.
Kesempurnaan kian terasa apabila berkunjung di sore hari sambil menunggu senja.
Baca: Mobil Mewah Nazaruddin Dihargai Rp157 Juta, Lampu Belakang Pecah dan Tak Ada STNK
Selain duduk-duduk santai di kursi yang disediakan, pengunjung juga bisa berjalan mendekat ke bagian depan bukit, keluar dari pagar besi.

Sungguh amat menakjubkan karena kita bisa lebih dekat dengan Tuhan hingga dibuat terperangah dengan keindahan alam di tanah Papua.
Bukit ini juga sering digunakan warga untuk sekedar nongkrong maupun sibuk mengambil gambar mendokumentasikan keindahan alam di kamera maupun ponsel masing-masing.
Baca: Setya Novanto : Saya Jamin 1000 Persen Fahri Hamzah Tidak Korupsi
Ada juga yang memilih duduk diam membiarkan badan dihempas angin, memandang dan menikmati semua keindahan di depan mata.
Mungkin, dulu Jenderal Mac Arthur juga sering melakukan hal tersebut, menikmati dan menatap keindahan Danau Sentani serta pasukannya yang tengah berlatih.
Seusai perang sebagian besar fasilitas militer yang dibangun pasukan Mac Arthur menjadi Markas Kodam Cenderawasih.
Markas Jenderal Mac Arthur di bukit Ifar, Sentani, kini menjadi Markas Resimen Induk Kodam (Ridam) Cenderawasih.
Baca: Ning Aura Nada Stres Terdampak Kasus Tuduhan Pelakor Ovie dan Nila
Tempat pendaratan Sekutu di White Beach 1 dan 2 menjadi kompleks perumahan TNI AL.
Lanud Hollandia AFID dijadikan Pengkalan TNI-AU di Jayapura tanpa fasilitas penerbangan.
Pelabuhan Armada ke-7 dan Lanud Sentani (Bandar Udara Sekatang) difungsikan sebagai pintu gerbang umum masuk ke Jayapura.
Hanya Lanud Cyclops yang tidak dapat dipastikan lagi tempatnya.