Cerita Jusuf Kalla Ambil Keputusan Tangani Korban Tsunami Aceh 13 Tahun Silam
Di sela-sela kegiatannya, wakil Presiden Jusuf Kalla mengenang kejadian Tsunami Aceh yang terjadi 13 Tahun silam.
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di sela-sela kegiatannya, wakil Presiden Jusuf Kalla mengenang kejadian Tsunami Aceh yang terjadi 13 Tahun silam.
Jusuf Kalla mengenang kejadian tersebut karena saat itu dirinya harus mengambil keputusan penting dalam menguru jenazah korban tsunami.
Ia menilai para korban bencana tsunami tergolong mati syahid.
Baca: 5 Hari Penataan di Tanah Abang Berjalan, Sandiaga Uno Akui Masih Banyak yang Harus Dibenahi
"Bahwa yang meninggal itu syahid, karena itu tidak perlu disalatkan dan dikafankan," ujar Kalla saat berbincang di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (26/12/2017).
Kalla mengatakan pada saat itu perlu dilakukan tindakan cepat terhadap para korban tsunami.
Ratusan ribu jenazah akan membusuk bila tidak segera dimakamkan.
Baca: Idrus Marham: Airlangga Ingin Golkar Tarik Anggotanya dari Pansus Angket KPK
Saat itu, meminta pendapat ulama sudah coba dilakukan, tapi para ulama saat itu sulit ditemukan.
"Jadi saya panggil, saya kasih tahu, panggil ulama-ulama, tapi dicari tidak ada satu pun ketemu, karena dia menyelamatkan diri juga, dan handphone tidak ada yang hidup, jadi tidak ketahuan dimana, di kampungnya juga," katanya.
Karena bingung jenazah akan membusuk, Kalla mengaku pada saat itu akhirnya ia mengambil keputusan.
Baca: Idrus Marham Sebut Ketua DPR Penganti Setya Novanto Diumumkan Pekan Depan
Keputusan harus diambil karena pada saat itu ia merupakan pejabat tertinggi yang berada di Aceh.
"Dulu pendapat saya ini syahid, karena itu tidak perlu dikafankan, tidak perlu dimandikan, tidak perlu disalatkan, kalaupun mau, bagaimana caranya? Bagaimana? Setuju, tapi Azwar Abu Bakar (Gubernur Aceh) minta tertulis," katanya.
Baca: 7 Anggota Geng Motor Penjarah Toko Pakaian di Depok Jadi Tersangka, 3 Diantaranya Wanita Belia
Bencana Tsunami Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 silam.
Bencana tersebut menelan korban 230 ribu-280 ribu jiwa, sehingga termasuk bencana terburuk sepanjang sejarah.