Sabtu, 4 Oktober 2025

Calon Presiden 2019

Tantangan Dan Kriteria Calon Pendamping Jokowi Di Pilpres 2019

Tantangan lain dari luar parlemen adalah kelompok yang menjadi kekuatan politik yang serius sejak momentum Pilkada DKI Jakarta awal 2017 lalu.

Editor: Johnson Simanjuntak
Fitri Wulandari/Tribunnews.com
Pengamat politik Boni Hargens 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai survei menunjukkan Presiden Joko Widodo masih menjadi kandidat terkuat Calon Presiden 2019.

Lalu siapa yang akan menjadi calon wakil presiden Jokowi di pilpres 2019?

Menurut Pengamat Politik dan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens, sebelum kita berbicara wapres 2019, perlu membahas tantangan politik yang dihadapi pemerintah sejak 2014 sampai 2018 mendatang.

Boni menjelaskan sejak memerintah tahun 2014 sampai hari ini, tantangan terbesar pemerintahan Jokowi datang dari dua arah. Yakni, dari luar pemerintahan dan dari dalam pemerintahan.

Dari luar pemerintahan, Boni melihat ada dua tantangan besar yaitu oposisi politik di parlemen dan kelompok garis keras. Oposisi parlemen sempat mengancam terhambatnya pemerintahan pada akhir 2014 sampai awal 2015.

Setelah Golkar menjadi bagian dari pemerintah, keadaan menjadi lebih tenang.

Baca: Pertemuan DPP Golkar dan Forum DPD Digelar Tertutup

Stabilitas lebih terjamin setelah PDI Perjuangan dan partai pemerintah yang lain berhasil membangun “politik keseimbangan di parlemen” dan bahkan PAN akhirnya melunak terhadap pemerintah.

Tantangan lain dari luar parlemen adalah kelompok yang menjadi kekuatan politik yang serius sejak momentum Pilkada DKI Jakarta awal 2017 lalu.

Isu agama menjadi faktor determinan dalam politik belakangan setelah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berhasil dikalahkan dalam pilkada.

"Kelompok tersebut terus melakukan konsolidasi yang serius dan makin terlihat sebagai gerakan politik ketika “Reuni 212” membicarakan agenda politik 2019. Mereka mengkampanyekan “Islam harus memilih capres Islam”," ujar Boni kepada Tribunnews.com, Rabu (6/12/2017).

Menurutnya, penggunaan isu agama akan menjadi tantangan yang serius bagi pemerintahan Jokowi pada tahun 2018 mendatang karena berdasarkan pengamatan Boni, kelompok ini berafiliasi dengan kekuatan politik yang ingin mencalonkan lawan Jokowi pada pilpres 2019.

Lebih lanjut ia mejelaskan, dari dalam pemerintahan, tantangan yang serius adalah kohesi antarpartai pemerintah yang melemah terkait pertarungan 2019.

Karena masing-masing partai ingin menjadi pemenang pemilu legislatif dan ingin menjadi kekuatan utama yang mendukung Presiden Jokowi.

Akibatnya, imbuhnya, energi partai pemerintah akan terkuras untuk “perang dingin” antarsesama pendukung pemerintah ketimbang memikirkan perlindungan terhadap Presiden Jokowi dari berbagai serangan kelompok lawan dan perjuangan memenangkan pilpres 2019 itu sendiri.

Dari berbagai tantangan itu, menurutnya, baru bisa menebak apa saja kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi calon wakil presiden Jokowi nanti.

Ia pun menjelaskan kriteria Wapres Jokowi untuk periode kedua, yakni:

1. Wapres Jokowi adalah seorang pekerja yang mempunyai rekam jejak yang baik dalam hal kepemimpinan, bukan seorang politisi yang senang menebar pesona.

2. Figur yang mampu mengendalikan dan meredam kekuatan kelompok radikal.

Calon wakil presiden Jokowi adalah sosok “merah-putih” yang nasionalismenya sudah teruji.

Aspek nasionalisme ini penting karena ancaman masa depan bagi bangsa dan negara ini adalah gangguan terhadap ketahanan Pancasila sebagai ideologi negara. Kekuatan radikal sedang berjuang keras menggantikan

"Pancasila dengan ideologi lain. Maka, seorang wapres Jokowi haruslah sosok yang kuat dan teruji dalam aspek nasionalisme dan kenegarawanan,"katanya.

3. Calon wakil presiden Jokowi juga harus didukung oleh partai besar mengingat posisi Jokowi yang bukan ketua umum partai politik tertentu.

4. Cawapres Jokowi adalah sosok yang mempunyai kemampuan finansial yang memadai.

"Itu tidak berarti wapres Jokowi adalah pengusaha," ujarnya.

Seorang figure yang mampu merangkul para pemodal besar sangat dibutuhkan untuk menjadi tumpuan dalam pertarungan 2019 karena Jokowi sendiri bukan oligark atau pengusaha besar yang bisa mendanai sendiri perjuangan politiknya.

5. Kriteria terakhir adalah elektabilitas. Sosok wapres harus mampu memperkuat elektabilitas Jokowi yang sudah memadai.

Lembaga Survei Indo Barometer merilis hasil survei calon presiden terkuat jelang Pilpres 2019. Dalam survei kali ini, Posisi Presiden Joko Widodo kembali unggul dengan 34,9 persen di atas Prabowo Subianto yang mendapatkan 12,1 persen suara.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved