Minggu, 5 Oktober 2025

Gubernur Baru Jakarta

Anies Singgung Pribumi, Namun Faktanya Semua Orang Indonesia Imigran, Tidak Ada yang Pribumi

Peneliti Eijkman Institute Profesor Herawati mengatakan, perbedaan fisik diakibatkan oleh adanya pencampuran genetik yang terjadi di tubuh manusia.

Editor: Hasanudin Aco
Alex Suban/Alex Suban
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno menerima ucapan selamat seusai pelantikan, di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (16/10/2017). Presiden Joko Widodo melantik Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Sandiaga Uno sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. (Warta Kota/Alex Suban) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak kemarin, ramai perdebatann soal istilah 'pribumi'.

Ini setelah Gubernur DKI Jakarta yang baru saja dilantik yakni Anies Baswedan menyinggung istilah pribumi.

Nah seperti apa sebenarnya pribumi di Indonesia?

Di Indonesia, ada beragam jenis manusia, mulai dari Jawa yang keling, Sunda yang putih, Tionghoa yang sipit, sampai Papua yang hitam.

Lalu, siapa sebenarnya pribumi?

Peneliti Eijkman Institute Profesor Herawati mengatakan, perbedaan fisik diakibatkan oleh adanya pencampuran genetik yang terjadi di tubuh manusia.

Baca: Pesan Ryaas Rasyid ke Anies Baswedan, Jangan Ulangi Kesalahan Ahok Seperti Bersikap Kasar

Peristiwa ini berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu dari sejumlah gelombang migrasi.

Gelombang migrasi pertama terjadi sekitar 60.000 tahun lalu. Bermula dari Afrika, manusia menyebar ke berbagai daerah.

Saat itu, kepulauan yang kita lihat di peta Indonesia belum terbentuk.

Kalimantan, Jawa, dan Sumatera masih menjadi satu dataran luas yang disebut Sundaland dengan luas sekitar 1.800.000 Km.

Kemudian, Wallacea menjadi daerah sendiri yang kini bisa dikenali dengan wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Sementara itu, Papua masih satu daratan dengan Australia.

Gelombang migrasi kedua terjadi sekitar 30.000 tahun yang lalu dengan datangnya orang-orang Austro-asiatik.

Di antara lain mereka berasal dari Vietnam dan Yunan.

“Kemudian bercampur dengan yang (gelombang) pertama kan atau yang pertama tadi sudah jalan terus ke timur sampai ke Papua,” kata Herawati dalam acara Wallacea Week 2017 di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (16/10/2017).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved