Fadli Zon Bandingkan Elektabilitas Jokowi dengan Vladimir Putin dan Duterte
Kalau pribadi saya itu rendah, menurut saya Putin saja bisa 70 persen elektabilitasnya 60 sampai 70 persen.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menilai elektabilitas Joko Widodo sebagai calon petahana dalam Pemilihan Presiden tahun 2019 sangat rendah.
Hal itu menanggapi hasil survei terbaru yang dilansir Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Jokowi termasuk rendah karena hanya mendapatkan 38,9 persen.
Menurutnya, elektabilitas Jokowi jauh ketimbang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atau Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang memiliki eletabilitas mencapai 80 persen.
"Kalau pribadi saya itu rendah, menurut saya Putin saja bisa 70 persen elektabilitasnya 60 sampai 70 persen. Presiden Filipina Rodrigo Duterte 80 persen. 38,9 Persen itu kecil. Biasanya 50 persen elektabilitas. Artinya itu rendah dan masyarakat menginginkan pemimpin baru," kata Fadli Zon kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (6/10/2017).
Fadli juga mengaku yakin, ketua umum Gerindra, Prabowo Subianto yang elektabilitasnya hanya mendapatkan 12 persen versi SMRC, masih sanggup mengungguli Jokowi.
Menurutnya, harapan masyarakat terhadap Prabowo masih tinggi.
"Yakin, harapan masyarakat masih tinggi," katanya.
Sebelumnya diberitakan, hasil survei SMRC menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan unggul jauh dari parpol lainnya yakni 27, 1 persen.
Baca: Usai Rapat di Kemenkopolhukam, Kapolri Rapat dengan Jajarannya
Golkar menyusul dengan 11,4 persen, Gerindra 10,2 persen, dan Demokrat 6,9 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 5,5 persen.
Partai lainnya, Partai Keadilan Sejahtera 4,4 persen, Partai Persatuan Pembangunan 4,3 persen, Partai Amanat Nasional 2,4 persen, Perindo 2,0 persen, Hanura 1,3 persen, Partai Bulan Bintang 0,1 persen, PBN 0,1 persen, dan PKPI 0,1 persen.
Berdasarkan tren pilihan parpol secara semi terbuka, hasil surveinya juga sama.
Survei ini menunjukkan, jika dibandingkan Pemilu 2014, semua parpol pendukung Jokowi kecuali PDI Perjuangan elektabilitasnya cenderung stagnan.
Djayadi berasumsi, hal itu terjadi karena parpol utama pendukung Jokowi adalah PDI Perjuangan. Alhasil hanya partai ini yang terkatrol karena efek Jokowi.