Senin, 6 Oktober 2025

Tragedi Kemanusiaan Rohingya

Pengurus NU AS Sebut Tragedi Rohingya Bisa Dijadikan Isu Politik Serang Jokowi

Akhmad Sahal menyarankan kepada masyarakat agar tak selalu mengaitkan Myanmar dengan isu agama.

Tribunnews.com / Rina Ayu
Akhmad Sahal (baju putih) saat menjadi narasumber peluncuran buku Indeks Negara Hukum Indonesia 2016, di The Akmani Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Pengurus Cabang Istimewa Nahdatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat Akhmad Sahal berpendapat tragedi kemanusiaan di Rohingya, Rakhine State bisa dijadikan isu politik domestik untuk menyerang Jokowi.

Kejadian kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar menurutnya bisa merembet kemana-mana.

"Karena digoreng, karena orang selalu menyederhanakan masalahnya. Ya kita tahulah ini (isu) di-spin menyerang Jokowi, disetir untuk komoditi politik, bisa saja nanti habis Rohingya ganti yang lain," ujarnya saat ditemui usai peluncuran buku di The Akmani Hotel Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Baca: Pengakuan Tetangga Berbeda dengan Keterangan Keluarga Terduga Pembunuh Pegawai BNN Cantik

Ia menyarankan kepada masyarakat agar tak selalu mengaitkan Myanmar dengan isu agama.

"Tidak melulu tentang agama apa yang terjadi di Rakhine State. Saya bahkan baru mengetahui ternyata di sana (Rakhine State) ada urusan geopolitiknya, ada perebutan sumber-sumber minyak," ujar kandidat PHD University of Pennsylvania.

Menurutnya, adanya urusan geopolitik perebutan sumber minyak di Rakhine State menarik.

Hal itu bisa menjadi bahan pertimbangan untuk tidak terus mengkaitkan Rohingya sebagai konflik agama.

"Simpati dan keperpihakan harus pada korban minoritas di Rakhine State. Tapi sebenarnya masyarakat harus dibiasakan memahami persoalan, apa sih yang sebenarnya terjadi, banyak yang enggak tahu," imbuh Sahal.

Baca: Ini Jawaban Buwas Ditanya Soal Senjata Api yang Tewaskan Pegawai BNN Cantik

Sahal melihat beragam simpati dari pengguna media sosial tentang pembelaan yang didapat oleh Rohingya.

"Di Twitter ada tipe orang yang membela tanpa argumen, membela dengan argumen, serta nyinyir terhadap pembelaan," imbuh Sahal.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved