Kenali Perempuan-perempuan Indonesia Melalui Lukisan Batik Keren Ini
Menurut Nuning Y.Damayanti, pelukis yang juga dosen di ITB ini mengatakan pameran 2017 terasa spesial.
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggelar pameran sejarah yang bertema "Visualisasi Ekspresi Pahlawan dan Tokoh Perempuan" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sejak kemarin.
"Komunitas 22 Ibu ditunjuk khusus oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melukis wajah-wajah pahlawan Indonesia serta tokoh perempuan yang menginspirasi," kata Nuning Y. Damayanti, pelukis dari Komunitas 22 Ibu, Selasa (8/8/2017), kepada Tribunnews.com.
Nuning Y. Damayanti, pelukis yang juga dosen di ITB ini mengatakan pameran 2017 terasa spesial.
Selain ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 34 lukisan perempuan tersebut juga dibuat dengan teknik membatik yang tidak biasa.
"Teknik membatik ini sangat spesial menggunakan Gutha Thamarin yakni pengembangan dari tehnik batik tradisional yang biasanya memakai lilin panas yang menggunakan api, agak berbahaya. Sedangkan teknik membatik ini menggunakan lilin dingin yang mempunyai karakter yang sama dengan lilin panas begitu kering," tambah Nuning.

Adapun 34 wajah perempuan asli Indonesia, dilukis di atas kain sutra 110 cm × 195 cm.
Dan 12 wajah yang dilukis merupakan wajah-wajah pahlawan nasional Indonesia seperti Cut Nyak Dien maupun Dewi Sartika.
Kemudian, 16 wajah pejuang perempuan Indonesia dari berbagai provinsi seperti Maria Walanda Maramis, S.K Trimurti, dan Rohana Kudus.
Serta 6 perempuan yang menginspirasi seperti Megawati Soekarnoputri, Yohana Yembise, Iriana Joko Widodo, Kristiani Herawati, Sinta Nuriyah Wahid, dan Ainun Habibie.
Pameran yang akan berlangsung hingga 21 Agustus 2017 ini, sebelumnya dibuka Mufidah Kalla, istri wakil presiden Jusuf Kalla.
"Pameran sejarah ini diharapkan dapat membangun karakter bangsa dan mengenal jati ini bangsa untuk anak-anak sekolah. Melalui proses pembelajaran sejarah, menggunakan sistem dan metode yang berbeda. Siswa dapat melihat visualisasi tokohnya, lalu membaca sedikit biografinya, sehingga ada pembelajaran yang lebih baru," kata Nuning Y. Damayanti, pelukis Fatmawati Soekarno.
Ia menambahkan 34 pelukis tersebut merupakan pendidik dari berbagai jenjang pendidikan.
"Ada guru Paud, SD, SMP, hingga dosen di perguruan tinggi, yang memiliki visi misi sama untuk mengenalkan sejarah dan batik sebagai heritage dunia kepada anak didik dan masyarakt umum," tambahnya.