Rabu, 1 Oktober 2025

Teroris Siber

BIN Imbau Agar Paradigma Sistem Pengamanan Informasi Diubah

Semua pihak harus berhati-hati dengan software atau serangan perangkat lunak bernama WannaCry yang dilancarkan kelompok peretas Shadow Brokers

Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semua pihak harus berhati-hati dengan software atau serangan perangkat lunak bernama WannaCry yang dilancarkan kelompok peretas Shadow Brokers.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal Polisi Budi Gunawan.

Dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, ia menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi serangan serupa, semua pihak harus mengubah paradigma pengamanan sistem informasi dari sistem konvensional seperti firewall dan antivirus, menjadi sistem yang lebih terintegrasi.

"Harus mulai mengubah paradigma sistem pengamanan informasi, dari pengamanan informasi konvensional seperti Firewall dan Antivirus, menjadi ke arah sistem pengamanan terintegrasi yang memiliki kemampuan deteksi serangan secara dini ke seluruh komponen sistem informasi yang digunakan," ujarnya.

Konsolidasi dan kordinasi juga harus terus dilakukan antara instansi yang bergerak di bidang intelijen, sehingga pertukaran informasi dapat berjalan dengan lancar, dan antisipasi dapat dilakukan dengan lebih efektif bagi mereka yang belum terkena serangan tersebut.

Salah satu institusi yang sudah menjadi korban, adalah Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita. Serangan itu melumpuhkan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang tengah membutuhkan pelayanan kesehatan.

"Dan dikhawatirkan akan menyerang sistem informasi instansi lainnya dan pengguna komputer secara umum," katanya.

Serangan itu berawal dari bocornya perangkat yang digunakan oleh lembaga keamanan Amerika Serikat (AS), NSA (National Security Agency) yaitu sebuah kode pemrograman (exploit) yang memanfaatkan kelemahan sistem dari Microsoft Windows.

Exploit ini digunakan sebagai suatu metode untuk menyebarkan secara cepat software perusak yang bernama WannaCry ke seluruh dunia.

Motif serangan berubah dari yang dulunya dilakukan oleh negara dengan tingkat kerahasiaan operasi yang tinggi, menjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok dengan motif komersial dan merugikan masyarakat banyak.

"Jika dilihat dari exploit yang dibocorkan, kita juga harus waspada terhadap exploit lainnya yang digunakan oleh state atau non state hacker untuk melakukan penetrasi ke dalam sistem target yang memiliki kelemahan dan tidak sempat diantisipasi oleh pembuat sistem," ujarnya.

"Serangan seperti ini merupakan bentuk ancaman baru berupa proxy war dan cyber war yang digunakan oleh berbagai pihak untuk melemahkan suatu negara," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved