Tahun Ayam Api, PKB Ajak Warga Lakukan Pengendalian Diri
Ayam jago merupakan simbol astrologi untuk tahun ini. Diperkirakan masih diwarnai dengan pertarungan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai perayaan Imlek menjadi momen penting untuk masyarakat Tionghoa, sebagaimana umat muslim menyambut Idul Fitri.
"PKB merasa dekat dari sejarah yang memperjuangkan penghapusan diskriminasi terhadap perayaan Imlek. Melalui refleksi Imlek tahun ayam ini PKB berharap masyarakat semakin kuat melakukan dialog dan kerja sama berjuang bersama PKB dalam mengatasi segala persoalan bangsa dan memajukan Indonesia," kata Wasekjen DPP PKB Daniel Johan melalui pesab singkat, Rabu (25/1/2017).
Berdasarkan penanggalan Lunar, tahun 2017 disebut sebagai tahun Ayam Api. Daniel mengatakan ayam jago merupakan simbol astrologi untuk tahun ini, sehingga diperkirakan masih diwarnai dengan pertarungan.
"Sebagaimana karakteristik seekor ayam jago yang saling membusungkan dada dan gemar bertarung memenangkan egonya," kata Daniel.
Untuk itu di tahun Ayam Api ini, kata Daniel, PKB mengajak kepada segenap warga untuk sama-sama melakukan pengendalian diri.
Kemudian, katanya, senantiasa menampilkan politik yang santun, sama-sama menjaga kondisi sosial yang penuh kebersamaan, dan tetap memperkuat persaudaraan dan solidaritas sesama anak bangsa.
Terlebih lagi pada tahun 2017 ini juga berlangsung Pilkada secara serentak. "Kontestasi politik di tingkat daerah yang dilakukan secara serentak, ikut mendorong politik nasional menjadi menghangat, khususnya ekses dari Pilkada DKI Jakarta," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.
Menurut Daniel, hal ini berdampak munculnya semangat etnoprimordialisme yang memisahkan dan mengkotak-kotakkan di antara sesama anak bangsa. Selain itu, dampaknya melunturkan semangat toleransi dan solidaritas, sebaliknya memunculkan fanatisme atas dasar kesukuan dan perbedaan latar belakang.
"PKB menolak etnoprimordialisme ini karena cenderung memisah-misahkan kita baik sebagai sesama insan manusia maupun sebagai sesama anak bangsa Indonesia. Karena siapa pun kita, dengan latar belakang agama, etnis, dan budaya apa pun, kita tetap disatukan oleh rasa kemanusiaan dan ke-Indonesiaan yang sama," jelas Daniel.
Daniel mengingatkan politik dalam merebut kekuasaan serta memenangkan kontestasi dan dukungan rakyat, jangan sampai memecah-belah persatuan, persaudaraan, dan kebhinekaan yang selama ini sudah terbangun dengan baik.
PKB, lanjut Daniel, juga senantiasa mendorong berkembangnya politik kebangsaan, yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai yang utama, hasil kerja di atas pencitraan, dan kemanusiaan di atas kekuasaan. Politik kebangsaan harus berorientasi pada kepentingan setiap warga negaranya, bukan kepentingan sekelompok orang separtai, sesuku, dan atau seagama.
"Kita bisa belajar banyak dari Gus Dur, Presiden ke-4 Republik Indonesia, mengenai hal ini. Politik seharusnya mampu memberikan kepastian kesetaraan bagi setiap anak bangsa, memberi perlindungan terhadap semua agama yang ada, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, merawat rasionalitas dan budi pekerti, anak-anak generasi yang akan datang sebagaimana menjaga juga para lanjut usia, membebaskan dan mencerahkan," terang Daniel.
Daniel mengharapkan Tahun Ayam Api ini akan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk kembali pada politik kebangsaan. Sehingga mozaik indah khatulistiwa ini benar-benar dapat dibangun bersama-sama tanpa pembedaan agama, suku, dan lainnya.
"Perjuangan mereka yang telah bersatu akan membuahkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Mari kita bangun Indonesia secara bersama-sama dengan semangat itu," kata Daniel.
Diketahui, perayaan Imlek 2017 DPP PKB diadakan di DPP PKB pada tanggal 25 Januari 2017. Dihadiri Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, beserta Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Mendes PDTT Eko Putro Sanjojo, Menpora Imam Nahrowi, Kepala BKPM Tom Lembong, Ketua Umum PSMTI David Herman Jaya dan tokoh-tokoh Tionghoa.(*)