Selasa, 30 September 2025

Kivlan Zein Bantah Mau Makar, Lebih Setuju Kembali ke UUD 1945 Lama

Kivlan pun mengaku kurang mengetahui atas tindakan, kegiatan atau ucapan apa dirinya bisa disangkakan melakukan permufakatan makar

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
Tribunnews.com/Yurike Budiman
Mayjen (Purn) TNI Kivlan Zein saat ditemui Tribunnews.com di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Sabtu (3/12/2016) 

Namun, ia mengakui seaspirasi dan satu misi dengan kelompok Rachmawati tentang perlunya Indonesia kembali pada UUD 1945 yang lama.

Kivlan mengakui tidak sejalan dengan kelompok Rachmawati. Sebab, ia ingin misi tersebut dilakukan dengan konstitusional yakni dengan mengajukan ke DPR dan MPR. 

Dan sikap politik dan kekritisannya tersebut telah disampaikan dalam bentuk karya tulis hingga pernyataan di media massa, dan bukan dengan cara kekerasan dan paksaan.

"Kalau cabut mandat boleh kalau tidak sesuai dengan UUD 1945, yang lama bisa dong," kata dia.

Ia menegaskan, sikap dan aspirasinya sama dengan kelompok Rachmawati dkk. Namun, cara pelaksanaannya berbeda.

"Jadi, saya satu aspirasi dengannya, tapi saya tidak mau dengan cara-cara berbentuk kekasaran untuk merebut MPR hingga clash. Kalau saya melalui tulisan saran, itu boleh," kata Kivlan.

Kivlan menilai, banyaknya utang pemerintah Indonesia kepada negara asing, sistem sosial dan budaya karena tidak sesuai dengan UUD 1945. Ekonomi Indonesia lemah meski mengklaim ada pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen.

"Padahal, pertumbuhan itu karena utang. Bukan pertumbuhan karena pendapatan dari perdagangan dan investasi. Ini ekspor turun, investiasi turun, konsumsi turun, pendapatan dalam APBN turun, capaian pajak cuma dapat 60 persen, bagaimana pertumbuhan 5 persen, yah karena pinjam utang jadi investasi," kata Kivlan.

"Jadi, sebenarnya tidak ada pertumbuhan. Jadi, cuma main tipu-tipu aja," sambungnya.

Ia menambahkan, dirinya tidak kapok untuk menyuarakan pemikiran dan aspirasinya ini ke pemerintah. Ia pun tidak takut untuk berkumpul dengan Rachmawati dkk.

"Masih lah, enggak masalah ketemu kawan-kawan untuk membela kejujuran kebenaran dan keadilan," kata dia.

"Cuma caranya kalau saya dengan soft, kalau mereka dengan cara kekerasan. Saya pakai kritik di koran, ajukan permintaan dan saran. Makanya saya sarankan pemerintahan sekarang lebih baik tegakkan kejujuran, keadilan dan kebenaran dengan kembali ke UUD 1945 yang lama. Caranya dengan proses dan manajemen yang benar. Jangan ada Bab III langsung Bab V, itu kan ga benar. Harusnya III, IV, V," paparnya.

"Kemudian nyatakan UUD yang sekarang itu UUD 2002, bukan UUD 1945. Jadi dari UUD 1945 sudah ngibul. UUD 2002 dibilang UUD 1945, kan ngibul namanya. Bilang aja UUD 2002. Pemerintah bagaimana sih," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved