Senin, 6 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Siapkan Ledakan Dua Kali Lipat Bom Bali, Teroris Majalengka Sasar Gedung DPR Agar Gaungnya Mendunia

RPW, berniat memasang bom di tempat-tempat penting di antaranya Gedung DPR, Mabes Polri, dan Markas Komando Brimob Polri.

Tribunnews.com/ Theresia Felisiani
Karopenmas Mabes Polri Kombes Pol Rikwanto menunjukan barang bukti bahan peledak yang disita dari kediaman terduga teroris berinisial RPW di Majalengka, Jawa Barat, Jumat (25/11/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terduga teroris yang ditangkap di Majalengka, RPW, berniat memasang bom di tempat-tempat penting di antaranya Gedung DPR, Mabes Polri, dan Markas Komando Brimob Polri.

Polisi menduga, bom yang dirakit RPW bisa menjadi bom berdaya ledak tinggi dan kekuatannya dua kali lipat bom Bali.

Keterangan mengenai sasaran pengeboman didapat setelah polisi memeriksa RPW.

"Sasarannya adalah Gedung DPR, Mako Brimob, Mabes Polri, kedutaan tertentu, stasiun TV, tempat ibadah, dan kafe," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Kombes Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (25/11/2016).

Anggota jaringan Bahrun Naim itu merencanakan menggelar aksinya pada akhir tahun 2016.

Rikwanto menambahkan, RPW dan jaringannya mengincar tempat-tempat yang berpengaruh di Indonesia.

Tujuannya, jika tempat-tempat itu berhasil diledakkan, maka mereka mendapat sorotan dunia.

"Seperti bom Thamrin beberapa waktu lalu, mereka menyasar keramaian, mereka berani meledakkan, dan berani mati, itu gemanya mendunia. Jadi, ada efeknya," kata Rikwanto.

RPW dan kelompoknya juga mengaku mengincar simbol-simbol demokrasi. Rikwanto mengatakan, Gedung DPR merupakan simbol demokrasi. Mabes Polri dan Mako Brimob mewakili tempat penegak hukum yang merupakan bagian dari demokrasi.

"Kelompok radikal itu sangat antidemokrasi," kata Rikwanto.

Polisi menemukan fakta, RPW meracik bahan-bahan kimia sebagai bahan baku bom di laboratorium kecil di rumahnya.

Bahan-bahan kimia tersebut mudah didapatkan karena dijual terbuka dan harganya terjangkau.

"Tinggal dikombinasikan lalu ditambah booster dan paku, maka tercipta bom yang dahsyat," kata Rikwanto.

Bahan-bahan yang disita polisi dari rumah RPW di antaranya adalah Dinitrotoluena (DNT), Royal Demolition Explosive (RDX), Heksametilendiamin Peroksida (HMTD), dan bahan peledak alco.

Rikwanto menyatakan, bahan peledak buatan RPW memiliki kekuatan dua kali lipat dari bom rakitan yang pernah meledak di Bali.

Menurutnya, bom pada aksi bom Bali II masih menggunakan bahan peledak yang bahannya masih low explosive.

"Kalau kami bandingkan, bahan yang ditemukan di Majalengka bisa dua atau tiga kali kekuatan Bom Bali I dan II," katanya.

Rikwanto menjelaskan, RPW yang mantan penyuluh pertanian merupakan anak didik Bahrun Naim.

"RPW belajar buat bom dan bergabung (dengan ISIS) sudah tiga tahunan. Tapi belajar kimia dari SMP," katanya.

RPW ditangkap aparat Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri di rumahnya Desa Girimulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (23/11/2016) pagi.

Polisi menyatakan RPW merupakan anggota kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JADKN) yang dipimpin Bahrun Naim.

Sedangkan Bahrun Naim merupakan warga negara Indonesia yang menjadi salah satu tokoh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Pada November 2010, Bahrun Naim ditangkap aparat Densus 88 atas kepemilikan senjata api dan bahan peledak.

Namun, dalam proses penyidikan, polisi tidak menemukan keterkaitan Naim dengan aksi terorisme.

Bahrun Naim akhirnya diganjar hukuman penjara 2 tahun 6 bulan karena melanggar Undang-undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak.

Bahrun Naim bebas dari penjara sekitar Juni 2012. Dua tahun kemudian, Bahrun bergabung dan berbaiat dengan ISIS.

Densus 88 sudah beberapa kali meringkus pengikut Bahrun Naim yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu pengikutnya adalah Nur Rohman, pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Solo.

Polisi pun menyebut keterlibatan Bahrun di balik ledakan di Sarinah pada Januari 2016.

IAH, pemuda 18 tahun pelaku peledan bom di Medan Agustus, 2016, juga pengikut Bahrun Naim. (tribunnews/theresia felisiani/tribun jabar)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved