Kapolri Sesalkan Kisruh Meranti
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menyesalkan kisruh di Meranti.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menyesalkan kisruh di Meranti. Apalagi, akibat kerusuhan di Selat Panjang, ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, pada Kamis (25/8) siang, seorang warga tewas.
"Saya menyesalkan peristiwa ini terjadi. Seharusnya tidak perlu terjadi," kata Tito di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Jumat (26/8).
Menurutnya, situasi di Meranti, Riau, sudah kondusif pasca-aksi demonstrasi masyarakat Selatpanjang di Mapolres Meranti. "Meranti prinsipnya situasi sudah kondusif," ujar Tito.
Kericuhan di Mapolresta Meranti terjadi saat ratusan warga Selatpanjang menggelar aksi demo pada Kamis (25/8) siang.
Sekitar seribu warga mengamuk lantaran polisi diduga menganiaya pegawai honorer Dinas Pendapatan Daerah Meranti, Apriadi Pratama (24), hingga tewas. Apriadi sendiri merupakan tersangka kasus dugaan pembunuhan terhadap anggota polisi Brigadir Adil S Tambunan (32) pada Rabu malam.
Dugaan warga Apriadi tewas akibat penganiayaan polisi lantaran beberapa warga sempat melihat Apriadi masih hidup. Saat itu, Apriadi tidak dapat berdiri. Sejumlah polisi memapah Apriadi menuju Polres. Beberapa jam kemudian, polisi melarikan Apriadi menuju rumah sakit umum daerah (RSUD) di Selat Panjang dalam kondisi tidak bernyawa.
Apriadi meyakini Apriadi dianiaya usai melihat foto-foto di media sosial. Mereka pun berkumpul di depan RSUD.
Kegelisahan warga lalu dijawab Kepala Polres Meranti Ajun Komisaris Besar Asep Iskandar. Berada di RSUD Meranti. Asep memastikan anggotanya menjalankan tugas sesuai prosedur saat menangkap Apriadi. Apriadi terpaksa ditembak karena melawan dan mencoba melarikan diri.
Penjelasan Asep tidak digubris ribuan warga. Mereka menggruduk kantor Polres. Saat berada di Polres, emosi warga tersulut. Mereka melempari gedung dengan batu. Polisi pun membalasnya dengan menggunakan tembakan peringatan ke udara dan gas air mata.
Warga pun memilih mundur. Saat jeda, warga menemukan Isrusli tergeletak di jalan dengan kepala berlumur darah. Pria 45 tahun tersebut tidak tertolong saat dibawa ke RSUD. Kematian Isrusli membuat warga meradang. Sekitar seribu warga
kembali melempari dan membakar gedung.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tedjo mengatakan, pemicu kericuhan di Meranti bermula dari cemburu. Saat itu Brigadir Adil yang menggandeng perempuan di tempat parkir Hotel Furama di Selat Panjang, bertengkar dengan Apriadi. Pertengkaran keduanya berlanjut dengan penikaman terhadap Adil. Adil pun tewas.
Tito menegaskan, pihaknya tidak akan melindungi anggota Polres Meranti yang terbukti melakukan kekerasan. Menurutnya, sanksi tegas akan diberikan terhadap anggota yang melakukan tindakan kekerasan terhadap Apriadi. Tidak tanggung-tanggung, selain kena sanksi internal anggota itu juga akan dikenakan hukuman pidana.
"Saya tidak akan segan-segan memproses hukum, baik internal dan pidana," ungkap Tito.
Ia menjelaskan, anggota yang melakukan kekerasan kepada pelaku kejahatan yang sudah menyerah berarti melanggar pengarahan yang pernah disampaikannya beberapa waktu silam.
"Itu namanya melanggar pengarahan saya dan itu tidak boleh. Saya minta masyarakat di Meranti tenang, percayakan penanganan kasus ke Polda dan Mabes Polri," ucapnya seraya mengemukakan, pihaknya telah memerintahkan jenazah Apriadi divisum untuk mengetahui penyebab kematian. Polri pun mendatangkan ahli forensik ke Meranti untuk mengungkap masalah tersebut.
Utus Kadiv Propam
Kepala Divisi Propam Mabes Polri, Irjen Mochammad Iriawan tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Jumat (26/8) kemarin. Menggunakan pesawat carter, Iriawan yang menggunakan baju batik warna biru langsung menuju ruang VVIP bandara.