Sabtu, 4 Oktober 2025

Memburu Jaringan Teroris Santoso

Peneliti Teroris: Sebaiknya Sisa Kelompok Santoso Segera Menyerah

Ridlwan Habib menilai sebaiknya sisa kelompok Santoso segera turun mengibarkan bendera putih untuk menyerah.

KOMPAS.com/MANSYUR
Sejumlah barang bukti yang disita polisi seusai baku tembak dengan kelompok Santoso di Poso, Senin (18/7/2016), diperlihatkan di Mapolda Sulawesi Tengah, Sabtu (23/7/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satgas Tinombala terus menuai kesuksesan setelah berhasil melumpuhkan pentolan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso bersama anak buahnya Muchtar dalam baku tembak, Senin (18/7/2016) lalu.

Kini, Sabtu (23/7/2016) pagi, Satgas berhasil menangkap istri Santoso bernama Delima.

Polri mencatat masih ada 18 DPO kelompok Santoso yang bersembunyi di pegunungan Poso.

Peneliti terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib melihat moril pengikut Santosi yang tersisa di hutan Gunung Biru sudah jatuh sepeninggal sang pimpinan.

Untuk itu dia menilai sebaiknya sisa kelompok Santoso segera turun mengibarkan bendera putih untuk menyerah.

Karena menurutnya, tidak ada harapan lagi bagi kelompok ini untuk menang melawan ribuan pasukan gabungan TNI-Polri.

Belum lagi Satgas Tinombala menggunakan teknik Attrition Warfare atau yang disebut perang berlarut.

"Jadi pasukan 24 jam di hutan, tidak pulang ke barak, ini benar-benar merepotkan sisa kelompok MIT itu," katanya.

Ditambahkan pula bahan makanan di hutan juga dihabisi oleh pasukan Tinombala.

Kondisi ini makin memperburuk kondisi dan mau tidak mau, kelompok ini terdesak dan semakin sulit.

Di tengah jatuhnya moril anggota sepeninggal Santoso, dia melihat tidak ada figur ideologis dalam kelompok itu sekarang. Baik itu Basri maupun Ali Kalora yang dulu bersama Santoso memimpin kelompok ini.

"Mereka kehilangan figur pemimpin. Selama ini mereka bertahan karena takut dengan Santoso," kata Ridlwan.

"Mereka mau ke hutan karena Santoso, sekarang Santoso sudah nggak ada," jelasnya.

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar pun mengimbau 18 DPO ini segera turun gunung.

"Kami imbau segera turun gunung, menyerahkan diri saja," ucap Boy, Sabtu (23/7/2016).

Mantan Kapolda Banten ini berharap imbauan Polri agar 18 DPO Santoso itu turun gunung diindahkan. Pasalnya ini demi kebaikan mereka.

Termasuk dua anggota yang jadi target perburuan Tim Satgas Tinombala yakni Basri dan Ali Kalora diminta menghentikan aktivitas mereka.

Karena Polri mencium gelagat, keduanya akan konsolidasi dan melanjutkan kepemimpinan Santoso.

"Basri dan Ali Kalora diminta tidak melanjutkan segala bentuk aktivitas. Kami terus imbau mereka baiknya turun gunung saja dan mempertanggung jawabkan segala yang terjadi," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved