Jumat, 3 Oktober 2025

WNI Disandera Abu Sayyaf

Megawati: Jelas Saja Sandera Dilepas, wong Dibayar kok

Menurut mantan Presiden RI itu, sepuluh sandera WNI bebas dari tangan Abu Sayyaf berkat uang tebusan.

Editor: Dewi Agustina
youtube
Megawati Soekarnoputri saat menghadiri acara Konvensi Nasional Tentang Haluan Negara di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (30/3/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan.

Menurut mantan Presiden RI itu, sepuluh sandera WNI bebas dari tangan Abu Sayyaf berkat uang tebusan.

"Situ kok ngurusin sandera, wong sandera sudah ada yang ngurusi, mending ngurusi ibu-ibu bidan ini. Jelas saja sandera dilepas, wong dibayar, kok," kata Megawati dalam sebuah diskusi berjudul "Mencari Solusi Rekrutmen PNS yang Adil bagi Bidan PTT" di Hotel DoubleTree by Hilton, Jakarta, Senin (2/5/2016).

Saat itu hadir Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Namun, Mega enggan menjawab saat ditanya lebih rinci soal uang tebusan untuk membebaskan sepuluh WNI dari Abu Sayyaf. Megawati justru bergegas menuju mobil.

Pratikno senada dengan Megawati. Ia memilih menyerahkan masalah pembebasan WNI dari Abu Sayyaf kepada Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

"Itu urusannya Bu Menlu-lah, coba kalian tanya saja sama Bu Menlu, intinya dari pemerintah sudah melakukan diplomasi secara optimal," ujar Pratikno dari dalam mobilnya.

Menurutnya, Presiden Joko Widodo berencana berdiskusi dengan Malaysia dan Filipina perihal pembebasan empat sandera asal Indonesia.

Apalagi, sebelumnya saat bertemu di Istana Bogor, Jokowi menginstruksikan penjagaan keamanan wilayah laut dilakukan bersama Malaysia dan Filipina, dimana Abu Sayyaf kerap melakukan serangan.

Terpisah, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan enggan menjelaskan saat ditanya uang tebusan untuk sepuluh WNI yang disandera Abu Sayyaf.

"Saya enggak mau menduga-duga," ujar Luhut.

Luhut menegaskan, Pemerintah Indonesia tidak pernah membayar sepeser pun kepada kelompok Abu Sayyaf untuk kebebasan 10 WNI yang disandera.

"Ya, itu urusan perusahaan, saya enggak ingin berkomentar soal itu," ujar Luhut.

Sebelumnya, Eddy Mulya yang menjabat sebagai Minister Counsellor, Koordinator Fungsi Politik dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila, Filipina, mengatakan bahwa bebasnya 10 WNI itu bukan karena uang tebusan yang telah dibayar.

"Ini full negosiasi," ujar dia saat ditemui di Pangkalan Udara TNI AU, Halim Perdanakusuma, Minggu (1/5/2016) malam.

Pembebasan itu berhasil karena pihaknya menggunakan pendekatan antarpersonal.

Sejak 26 Maret 2016, 10 awak kapal pandu Brahma 12 beserta muatan batubara milik perusahaan tambang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, disandera kelompok teroris Abu Sayyaf.

Para awak kapal dan seluruh muatan batubara dibawa penyandera ke tempat persembunyian mereka di salah satu pulau di sekitar Kepulauan Sulu.

Kelompok Abu Sayyaf kemudian meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan para sandera.

Setelah dibebaskan, mereka dipulangkan dan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5/2016) pukul 23.15. Mereka langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat untuk menjalani cek kesehatan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyerahkan sepuluh anak buah kapal korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf kepada salah satu perwakilan keluarga di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Penyerahan ini diwakili oleh Yola, istri dari Alvian Elvis Peti, salah satu ABK.

Dalam kesempatan itu, Retno menyampaikan terima kasih kepada pihak keluarga ABK yang telah bersabar selama proses pembebasan.

"Kita (pemerintah) ucapkan terima kasih kepada pihak keluarga karena telah sabar dan melakukan yang terbaik dalam proses pembebasan 10 ABK WNI," kata Retno.

Menurut dia, operasi pembebasan ini sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan bekerja sama dengan banyak pihak dan pemerintah Filipina.

"Kita juga sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di RSUD Gatot Subroto dan dari hasil laporan tim dokter bahwa 10 ABK dalam kondisi baik," ujarnya.

Retno menegaskan, pemerintah telah melakukan komunikasi kepada pihak perusahaan agar hak-hak 10 ABK dipenuhi.

"Kami lakukan komunikasi pagi ini untuk pastikan hak para 10 ABK dipenuhi oleh perusahaan," tegasnya.

Sementara itu, sambil menangis, Yola mengaku bersyukur karena suaminya telah kembali dan berkumpul bersama keluarga.

"Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah dan semua pihak karena suami saya telah kembali kepada keluarga. Serta teman-teman ABK lainnya," ucapnya. (tribunnews/yur/kps)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved